Minggu, 05 Desember 2010

Karya NANANG FAUZI 080110101022


                                               
Created on
September 19, 2010 (11.00 pm)

                                                Lika-liku Cinta

Aku tak kuasa membendung rasa ini
Mengapa kau tidak seperti kain sutera
Yang bisa membuat aku kagum padamu
Hanya doa yang bisa aku panjatkan

Semoga engkau menjadi malaikat cintaku
Dan bisa menghiasi dinding-dinding kehidupan
Dengan berbagai imajinasi yang bisa menghantarkanku
Pada apa yang disebut cinta pada pandangan pertama

Engkau bagaikan kupu-kupu
Yang menghisap darahku dimana pun aku berada
Tetapi aku berusaha utuk tetap mencintaimu
Walau arah dan rintangan menghadang

 

 

 

 

 

 

 

 

Created On :

November 14, 2010. 06.35 am, @my loadging house.

Dingin Mengekang

dingin ini sejuk,
dingin ini beku,
dingin ini diam,
dingin ini kabut,
dan dingin ini telapak tangan yang menyusut.



Mendung

mendung itu hitam,
mendung itu suram,
mendung itu tekanan,
mendung itu noda,
dan mendung itu penuh warna














NANANG FAUZI                                                     Creative Writing
080110101022


SHORT STORY                                                                                          26-09-2010
22.00 WIB

SEPEDA TUA PAK GOMBENG

Pak Gombeng belakangan ini gembira bukan main. Saking genbiranya, senyum yang terpancar dari raut wajahnya yang sedikit keriput itu, ditebar kemana-mana: bagai tukang penyebar selebaran kredit sepeda motor yang sering mangkal di pertigaan jalan. Lebih jelasnya Sales Promotion Boy (SPB).

Bertemu deni (maksudku aku) tersenyum. Bertemu fatimah juga tersenyum. Bertemu orang baik yang sudah ia kenal maupun yang belum dikenal, juga tersenyum. Pokoknya hari itu penuh dengan senyum dan siulpun tak henti-hentinya keluar dari mulutnya sambil memakan segelintir permen rasa jahe yang bentuknya mirip sebatang rokok.

Setelah ditelusuri, rupanya sepeda tua itu yang bikin Pak Gombeng bahagia bukan main. Sepeda tua buatan Belanda keluaran tahun 1945? Di sepeda itu bertuliskan merek Bazelle.
            “sepeda ini (jenis) dulu Cuma orang-orang yang banyak duit dan bias dipakai untuk dirinya sendiri maupun keluarganya”. Terang Pak Gombeng bangga.
            “ iya Bang. Sama mandor kebun!. Kataku sambil mengejek.
            “ Ku tempeleng kau nanti:, gertak Pak Gombeng bercanda.

Sepeda itu benar-benar sudah tua dan sebenarnya tidak layak untuk dipakai. Malah lebih tua dari umur Pak Gombeng sekalipun. Besi-besinya lebih karatan disbanding cat; cokelat basah semua, becampur antara karat dan minyak mesin, merek Singer yang selalu disemprotkan oleh Pak Gombeng. Pedal, jari-jari, sadel, dan stang semuanya juga sama. Mereknya juga masih ada di bagian depan, tetapi tak selamat juga dimakan karat. Samara-samar terbaca sebuah tulisan Gazelle dengan lambing rusa yang sedang melompat.

Satu satunya yang masih mengkilat ada dibagian stang, sebuah terompet yang biasa digunakan tukang roti yang sering lewat depan rumah di pagi hari, ketika perut memang minta diidi. ” te… tet… tet…!!!”.

“darimana abang dapat sepeda ini?” Tanyaku menyelidik.
“Ku belilah, kau pikir sepeda ini hasil curian saya apa”. Sahut Pak Gombeng dengan nada agak sedikit tinggi.
“ iya, dimana abang belinya?”

Sssttt… jangan bilang sama siapa-siapa ya! “Murah kubeli ini sepeda”, kata Pak Gombeng dengan sedikit agak takut. tadi pas lewat PDS-an, ku cari besi sepeda bekas, ku kumpulkan batang, lingkar, dan sadel beserta pedalnya, “Pak Gombeng berbisik”. Entah dia malu atau tidak, entah apa, dia agak merahasiakan dari mana sepeda itu berasal. Ku rasa lebih mengarah pada takut jikala dipinjam oleh seseorang alias pelit, sepeda itu yang sudah dipuji-puji setinggi langit kepada banyak orang.

Lalu kata Pak Gombeng, ketika ditimbang, besi-besi itu beratnya 10 kg, dan harga per kilonya tiga ribu rupiah. Tetapi Pak Gombeng berhasil melobi toke botot biar harganya lebih murah. Pak Gombeng tak langsung bercerita soal berapa harga sepeda itu. Ia tanya toke itu tinggal dimana, berapa anaknya? Dipuji-puji toke itu. Rajin, ulet, suami yang setia. Di puji pula kalau usahanya ikut menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu rantai daur ulang barang-barang yang (kalau tidak di daur ulang), akan merusak bumi.macam pahlawanlah dibuatnya toke itu, dst, dst.tukang botot itupun akhirnya ngoceh, lebih dari sekedar obrolan antara penjual dan pembeli, dan tak sadar sudah masuk pada jebakan Pak Gombeng. “ Mati kau”, kata Pak Gombeng.

            “ jadi berapa harganya?” Tanya Pak Gombeng
            “mau bapak pakai sendiri kah?”
            “ ya, mau ku pakai sendirilah, kau pikir aku ini agen. kau sering melihat aku lewat sini  jalan kaki, kan?” jawab Pak Gombeng.
            “ ya, bawa sajalah”, jawab tokek butut itu.
            “ ini aku kasih uang rook saja!” kata Pak Gombeng sambil menyelipkan tujuh lembar ribuan ke kantong si toke.

Teknik yang hamper sama juga dipakai Pak Gombengketika di bngkel sepeda, biar dapat harga yang murah demi menyatukan bangkai sepeda itu. Dengan modal omongan saja, Pak Gombeng bilang: pendekatan interpersonal dan uang Rp. 10.000,- saja. Sepeda itu sudah layak pakai. Boleh dinaiki anak manusia, bahkan yang berat sekalipun seperti Pak Gombeng. Dengan uang segitu, malah orang bengkel kasih bonus sebuah terompet tukang roti yang masih bagus dan mengkilat.

Bukan main. Pak Gombeng sekarang keliling-keliling dengan sepeda itu diantara lajunya kereta dan mobil yang mulai memadati parkiran di sekitar pasar. Kemana-mana Pak Gombeng naik sepeda. Ke lapangan, ke warnet, ke sungai, sampai apat koordinasi program di Kantor Camat hingga Bupati pun menaiki sepeda itu.

Semua orang jadi kenal dengannya, lah bagaimana tidak? Satu-satunya yang terkeren pakai sepeda, tua pula, berkarat pula dan ada goni yang tak jelas digunakan untuk apa dan pakai klakson tukang roti pula. Apalagi orangnya pakai kacamata yang selalu menggantung di depan dadanya, bercelana pendek, berkaos dengan warna tak jelas pula. Tak berat ubtuk menandainya, bahkan dari jarak 100 meter pula bias dikenali. Tet… tet… tet… kasi jalan. Pak Gombeng mau jualan, eh maksudnya jalan-jalan.


Target pembaca: Remaja, Orang Dewasa.













NANANG FAUZI                                                      Creative Writing
080110101022

           27-09-2010

ANAK YANG TERANIAYA

            Malam dating, pagi dan siangpun menyisakan cerita-cerita kelam, tatkala aku mengetahui Ibu sedang menangis tersedu-sedu diatas kursi kayu dan di depan meja yang ada radionya.
“ kenpa ibu?” Tanya aku.
“ tidak apa-apa nak”. Balas ibu sambil mengusap air mata di pipi sebelah kanan.
“ tak mungkin kalau ada air mata, tidak ada masalah, pasti ada yang disembunyikan dari aku ya Bu?”

Setelah aku selidiki dan melontarkan pertanyaan kepada Ibu berkali-kali, akhirnya ibu mengeluarkan masalahyang tersimpan di dalamm hatinya tersebut. “ “Begini nak, kamu kuliah yang rajin ya, supaya menjadi orang yang sukses dan berhasil supaya tidak diejek tetangga yang tidak suka sama kamu dan keluarga kita” ujar Ibu sambil meneteskan air matanya kembali.
Selama ini mengapa Ibu diam dan enggan eluar rumah, karena Ibu merasa malu dan sering di ejek dan di hina oleh tetangga sebelah semenjak kamu lulus dari SMK sampai masuk awal kuliah” tambah ibu. “mengapa Bu” Tanya aku. Orang itu mengatakan kepada ibu , bahwa sekarang ini banyak dan mungkin ngetrend-ngetrend nya anak kuliah setelah lulus dari SMA/ SMK. Tetapi mau jadi apa sehabis kuliah nanti? Paling-paling jadi pengangguran yang mondar-mandir kesana kemari kayak orang bibgung. Ibu sedikit menceritakan apa yang sudah tetanggaku bilang kepadfa beliau. “ sudahlah Bu, jangan terlalu di fikirkan masalah seperti itu, sudah biasa keluarga kita menjadi cemoohan bagi mereka”. Aku berusaha untuk membujuk ibu supaya tidak terlalu memikirkan hal itu. Datanglah bapak dari sawah dan tiba” beliau menyahut “ betul Bu, apa yang dikatakan anakmu itu. Kita tidak boleh terus-menerus seperti ini. Mari kita berdoa untuk keberhasilan anak kita”. Tambah bapak.
Kan tidak semua orang yang kuliah itu setelah lulus jadi pengangguran. “ saya akan buktikan kepada dunia, kelak aku akan menjadi orang yang berhasil dan bias menjadi kebanggaan keluarga, kan rejeki sudah diatur Alloh, jadi jangan khawatir. Yang terpenting sekarang ini kuta harus berusaha, berikhtiar dan berdoa kepada sang pencipta supaya aku bias meraih cita-cita dan menjadi orang yang berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara”. Tambah aku. Ibu langsung berkata: “ia nak, kamu harus buktikan akan hal itu, supaya hidupmu bisa tentram kelak”. Insya Alloh Bu. Pokoknya tenang saja dan lupakan semua apa yag ada di fikiran ibu tentang masalah-masalah yang lalu dan doakan anakmu ini!

Target pembaca: anak-anak, teenagers, dewasa dan orang tua.


























NANANG FAUZI                                               Creative Writing
080110101022

04-10-2010

SAHABATKU, MAK COMBLANGKU

Hari itu, sekitar pukul 07.00 malam, ada seseorang lelaki berkunjung ke kostan teman perempuannya. Kebetulan masih dalam suasana lebaran, sekalian silaturahmi. Sisa-sisa kue lebaran menghiasi meja ruang tanu di kostan itu. Lelaki itu bernama Aji. Ia memiliki rambut lurus, mata agak sipit, tubuhnya tinggi dan biasanya mengendarai sepeda pancal kemana-mana.
Tiuuuuuut, bunyi pintu gerbang kost yang dibukanya. Seketika ia langsung memanggil teman perempuannya yang kost di rumah itu. Namanya adalah Intan. Intan merupakan teman dekat Aji yang memiliki tubuh agak sedikit gemuk, berkerudung, dan biasanya kuliah dengan jalan kaki. “ halu…”. Aji memanggil Intan dengan suara yang agak keras karena kamarnya berada di atas. “iya, tunggu bentar”,  sahut Intan. Tak lama kemudian mereka langsung duduk di teras rumah itu ditemani dengan kue-kue lebaran yang sudah hamper habis ditambah dengan segelas air mineral.

“enak banget ni kuenya”, Aji berpendapat.
“pastinya dunk, kan aku yang buat”, jawab Intan sambil bangga melihat kuenya di puji. Setelah hamper 15 menit mereka ngobrol, tiba-tiba ada seorang perempuan berjilbab yang baru saja datang dari toko sebelah, sendiri tanpa teman. “Assalamualaikum” perempuan itu mengucapkan salam sambil menunjukkan senyum manisnya, dan seketika itu Aji dan Intan menjawab “waalaikumsalam”. Perempuan itu teman Intan dan namanya adalah Hilda. “ Hilda, dari mana?” Tanya Intan. Hilda menjawab: “dari took sebelah beli keperluan pribadi. “owg”, Intan jawab balik.

“ya sudah, aku mau ke dalam dulu mbak”, Hilda berkata pada Intan sambil membawa sebuah kantong plastik.
Setelah lima menit kemudian, tibalah Aji pamit untuk pulang ke kostannya yang tidak jauh dari kostan intan dan Intan pun langsung masuk ke dalam kostannya sendiri.
Setelah Intan masuk ke kostannya, tiba-tiba Hilda ke kamar Intan danmmelontarkan pertanyaan kepada Intan: Mbak, siapa cowok itu?” Tanya intan penasaran.
“Ia, kenapa, naksir ya?” tegas Intan
 “ dia kesini tadi naik sepeda pancalkah?” tanya balik Hilda kepada Intan.
“ heem, benar Hil”.
Kelihatannya cowok itu romantis banget ya mbak? Dengan percaya dirinya Hilda mengatakan hal itu kepada Intan.
“ mungkin aja iag Hil.

            Beberapa hari kemudian Intan mengabari Aji bahwa ada seseorang yang naksir padanya, yaitu Hilda, si cewek berkerudung itu. Dan seketika Aji langsung kaget dan tidak mengira bahwa ada salah satu orang yang mengagumi akan dirinya. Setelah itu, Aji mengirim sms kepada Intan dan menanyakan kepada Dia, apa bener Hilda suka sama dirinya?  Akhirnya Aji mendapatkan nomor telepon Hilda. Hari itu juga Intan langsung mensupport Aji untuk segera menembak Intan. Tetapi Aji masih belum siap untuk melakukan hal itu dan butuh waktu. Waktu pasti akan menjawabnya.
“jangan khawatir tan”, kata Aji.

Pagi itu di kampus, bersamaan matahari menampakkan sinarnya, tidak sengaja Aji melihat list nama-nama kontak yang ada di hape nya dan dengan sengaja Aji menemukan nama Hilda. Di smslah Hilda, mereka saling Tanya satu sama lain. Dari situlah benih-benih cinta tumbuh dan pada akhirnya mereka saling bertukar pikiran tentang segala hal. Intan pun mendengar kabar bahwa Aji telah menjalin hubungan dengan Hilda, sangat senang sekali, karena Intan disini sebagai mak comblang dan ia bias menyatukan dua makhluk Tuhan tersebut.

Berasal dari tiga kata: kost-kostan, sahabat dan cinta.

Target pembaca: Remaja, Orang Dewasa.






Name         : Nanang Fauzi
NIM            : 080110101022
Subject      : Creative Writing (Non- fiction)
GRAJAGAN BEACH
The Regency of Banyuwangi is located at the easternmost end of the island of Java, and it is a very strategic area for one who wants to go to Bali. It is surrounded by mountainous and woody areas to the west, by sea to the east and south. Banyuwangi is only separated by a narrow strait from Bali (the Bali strait).
Banyuwangi is the eastern-most regency of East Java. To the north lies the regency of Situbondo. The regencies of Jember and Bondowoso neighbor Banyuwangi to the west. To the east lies the island of Bali and to the west lies the Indonesian Ocean. Banyuwangi is situated on the coordinate 70 45’ 15” S and 113’ 38.2” E. Because of its location, Banyuwangi has diverse natural scenery, rich art, culture, customs and traditions.
Banyuwangi has various art, culture, customs and traditions. Let say Gandrung, a welcoming dance for distinguished guests. The dance is the defining dance of Banyuwangi. Besides Gandrung, Seblang, Kuntulan, Damarwulan, Angklung, Ketoprak, Barong, Kendang Kempul, Jaranan are arts that can be seen in Banyuwangi.
The beauty of nature is spread across Banyuwangi from the west to the east. Mountains, forests and beaches mark the landscape of the regency. For instance, Ijen Crater, in the western part of Banyuwangi is famous for its beautiful crater lake, the traditional sulfur miners who amazingly climb up and down the slope of Mount Merapi, and the plantations that cover the Crater’s slope. The National Park of Meru Betiri is famous for its Java Tiger and turtles. These locations form the center of the Tourism Developed area which is called the Diamond Triangle, which connects one Tourism Object to another. One of the most beautiful landscape in the south of Banyuwangi is Grajagan Beach.
Grajagan is an interesting beach to visit. A wide clean sand hampers the beach. The hill across the sea, stick on the ground strongly. The beautiful panorama of Grajagan fishing village can be seen here. The caves for the battle protection in Japanese Era can be seen here. The cottages and motel are available for the visitors. Grajagan is located about 53 km to the South of Banyuwangi.
Grajagan is very ideal as transit place or as the gateway to Plengkung beach. Beside its location that not too far from Alas Purwo, Grajagan is very beautiful beach. It needs about 2 hours to reach Plengkung by canoe rent. The journey is has similarity time if we reach it by car through land. Grajagan is could be the choice of the visitors who want to go to Alas Purwo National Park using canoe. A 314 ha area is located in forest of KPH South Banyuwangi, precisely in 111 square of BKPH Curahjati or administratively, in Grajagan village, Purwoharjo district, Banyuwangi regency.
Open-air recreation or nature activity can be done in many places, such as: in forests, mountains, lakes, beaches, etc. Grajagan is one of Banyuwangi beaches that show the combination of rolling ocean waves on one side and the dense forest on the other one. In this place, we will be able to see the beautiful panorama of Grajagan fishing village. Because of that, there are many tourists visit this place. Here, you can find an old cave, which was restricted by Japanese soldiers.
There are also available cottage, cafe, and playing area for children. This tourism object usually crowded of visitors on holiday. The interesting journey from Grajagan to Alas Purwo is using canoe rent, especially to Ngagelan beach that is Turtle breeding. You will have an interesting experience and view many natural panorama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar