Malam itu hujan dan kilatan petir seakan tak akan reda,di tambah listrik padam.seakan membuat dunia ini tak bernyawa,kelam,beku…
Dia
duduk terpojok di kamar gelap itu,hanya rintik hujan dan sesekali kilatan petir
yang menyapanya.gadis bertubuh mungil itu meringkuk sesegukan seorang diri,
“mama…mama..”suaranya
berat dan parau,seraya dia melihat handphone
di tangannya,tak banyak gerakan tangan yang dia buat,perlahan jarinya
bergeser pada tombol hijau dipojok,tertera panggilan masuk dari mamanya setengah jam yang lalu.dengan ragu
dia memencet nomor itu.lalu dengan lunglai dia mendekatkan handphonenya ke telinga,
”tuuuutt..tuuuuuutt..tuuuuuutt…”tapi
belum juga ada jawaban dari sana.
“halo sita”suara
itu terdengar kalut
Seketika tangis
sita pecah dan sesegukan lebih kuat dari tadi,”mama..pulang ya,aku mo..hon,papa
marah dan sekarang mencari mama,mama di man..naaa?”suaranya tersendat-sendat
“mama ada di
tempat aman sita”suara wanita itu terdengar tegar
‘aku takut
sendirian,aku takut sama papa,kalau papa tidak bisa bawa mama pulang,,papa
ngancam akan membakar buku-buku ku,aku tidak boleh sekolah lagi ma,aku mohon
mama pulang ya”seraya sita mengusap air matanya
“nak,jangan
pernah takut,mama tetap akan berjuang demi kamu bisa kuliah nanti,mama akan
selalu menjagamu disini,walaupun toh kita terpisahkan oleh jarak” suara di
seberang telpon itu terdengar pilu
“tapi kalau
ternyata kenyataannya kayak gini,mendingan sita gak usah kuliah ma,cukup mama
di rumah dan papa enggak marah,sita sudah senang”
“enggak
sita,kamu harus bisa kuliah,malah mama yang akan merasa bersalah tidak bisa
menyamakan pendidikan mu dengan kakak mu”
Sita beringsut
“enggak ma,mama pulang saja”
“sudah,tenangkan
pikiranmu nak,mama sedang dalam perjalanan ke Jakarta,papa mu enggak akan bisa
cari mama,mungkin minggu depan mama sudah bisa terbang ke Hongkong”
Sita hanya bisa
menangis tak berdaya
“mama tau kamu
pasti sudah bisa berfikir dan merasakan bagaimana keadaan di rumah yang serba
kesulitan ekonomi,kalau hanya mengandalkan gaji seorang karyawan seperti papa
mu itu tak akan cukup untuk biaya kuliahmu,sekarang relakan mama kembali ke
hongkong lagi..demi kamu nak”suara itu tetap terdengar tegar tapi masih
menyisakan pilu.
“aku takut
ma,buku-buku ku akan di bakar papa”
“tuuuuuuuuuuuuuuuutt”
terputus
Handphone
sita
mati,dia mencoba menghidupkan kembali tombol on,tapi sia-sia,bateraynya
pasti habis.
Hujan di luar
masih deras dan listrik tak kunjung menyala.
Sesekali dia
mengusap-usap matanya yang basah,dia beringsut ke dekat dipannya,menaruh
kepalanya di atas dipan.dia memejamkan matanya untuk sedikit menenangkan
pikiran.dia merasa dadanya terasa sesak.
Sekitar
lima belas menit kemudian,lampu sepeda motor terlihat menembus kaca jendela
kamarnya. Dalam pejamnya dia Merasa kamarnya sedikit silau karena cahaya
itu.buru-buru dia berdiri,lalu mendekat pada jendela dan mengintip siapa yang
datang.mugkinkah itu papanya,yang pulang dari mencari mamanya,kalau memang
benar itu papanya,dia pasrah apa yang akan terjadi.
Dari
balik deras air hujan,samar-samar sita melihat dua orang berboncengan mengendarai sepeda motor itu.setelah sampai
di depan teras,terlihat orang yang di bonceng itu keluar dari ponconya dan lari
menerobos hujan,menuju pintu rumah sita.
“Sitaa..sitaa..buka
pintunya”wanita itu mengetuk pintu tapi pandangannya tertuju pada lelaki yang
masih duduk di atas sepeda motornya yang masih menyala.
Sita
tersadar kalau ternyata yang datang bukan papanya.lalu sita memberanikan diri dan membuka pintu.seakan dia bertemu dengan
malaikat penolong,saat dia tau kalau wanita paruh baya yang ada di depannya
adalah tantenya.
“ayo sita cepat
kemasi buku-buku mu,sudah..kamu gak usah takut dengan papamu”tanpa
memperdulikan raut wajah sita,wanita itu menggandeng sita masuk kamar.
Dengan bantuan
senter yang ada di tangan kirinya,Wanita itu mengemasi dengan gerakan cepat
semua buku-buku sita yang ada di meja belajarnya.
“mau dibawa ke
mana tante buku-buku sita ?”sembari sita ikut mengemasi bukunya dengan gerakan
lunglai.
“dibawa ke rumah
tante sit,barusan mama mu sudah telpon tante,dan menceritakan semuanya,kamu
enggak usah takut,memang papa mu itu wataknya keras seperti itu,kalau enggak
mama mu yang nekat berangkat bekerja kayak gini,kamu akan jadi apa kalau enggak
kuliah.” Secepat itu bukunya sudah masuk dalam tas plastik besar.
“sekarang,mana
ijazah-ijazah mu,biyar sekalian tante bawa,supaya aman”
Sita membuka
laci alamarinya yang paling atas,mengeluarkan Stomap plastic warna biru,”ini
tante”seraya menyodorkannya.
Dengan cekatan
wanita itu memasukkan ke dalam tas plastik besar itu,bercampur dengan buku-buku
tadi.
“Sudah..sekarang
tante windi pulang ya,kalau kamu enggak berani sendirian di rumah,kamu ke rumah
tante elly saja yang dekat”
“iya tante” sita
mengangguk pelan
Wanita itu
keluar rumah dan menerobos hujan sambil mendekap tas plastik besar berisi
buku-buku tadi,berlindung di balik ponco di belakang suaminya. Perlahan sepeda
motor itu keluar dari halaman rumahnya.
Perlahan dalam
remang dia kembali masuk kamar,tiba-tiba lampu kamarnya menyala.ternyata
listrik sudah menyala kembali.
Dia berjalan dua
langkah menuju meja belajarnya dan meraih ransel hitam yang ada di rak paling
atas,di masukkannya dompet,handphone,charger dan buku diary nya. Lalu di raihnya jaket yang menggantung tak jauh dari
meja belajarnya.dengan cekatan dia memakai jaket favoritnya itu.
Setelah
memandang sebentar sekeliling kamarnya dia beranjak menuju ruang tengah,dimana
ada rak tempat menyimpan payung dan jas hujan. Dia mengambil payung warna hijau
yang memang hanya satu-satunya payung yang ada di situ.
Secepatnya dia
berjalan menuju pintu depan,keluar dan menguncinya.tanpa pikir panjang di membuka
payungnya seraya keluar dari halaman rumahnya.
Hujan memang
sedikit reda,tapi jalanan masih lengang tak ada manusia yang keluar,mungkin
mereka lebih memilih di dalam rumah menikmati secangkir teh dan makanan hangat
bersama keluarganya.tapi lain halnya dengan sita,gadis itu justru harus keluar
rumah mencari perlindungan semacam ketenangan akan hati dan pikiranya.
Jarak antara
rumahnya dengan tante elly sekitar lima belas menit di tempuh dengan jalan
kaki.
Sampai di depan
pintu rumah tantenya,dia memegang gagang pintu itu “cleeeek..” karena tau pintu
tidak di kunci dia tidak mengetuknya melainkan langsung nyelonong masuk .
Di critakannya
semua kejadian itu kepada pamannya
“benar-benar aku enggak tau jalan pikiran papa mu sita,niat
baik mama mu ingin memulihkan ekonomi keluarga,ingin menyekolahkan mu sampai
kuliah,di tanggapi seperti ini”
Sita hanya diam
mendengar pamannya berbicara.sejenak hening..
Tiba-tiba muncul
alfa di samping duduk sita,anak umur tiga tahun berperangai girang itu
tersenyum pada sita.
“mbak… cita
bubuk cini yaa…” layaknya anak kecil,alfa ngomongnya belum begitu jelas.
Lalu di raihnya
tangan alfa seraya di peluknya bocah manis itu “iyaaa alfa,mbak cita ubuk cini
kok” sambil dinggelitik-gelitik kecil perut alfa.
“ahhaaaa…ahhaaa…geyi
mbak cita..geyi”(geyi=geli)
Seketika penat
pikiran sita luntur oleh keriangan wajah bocah manis itu.
“alfa..ayo ajak
mbak sita makan yok,kita bikin nasi goreng sama mama di dapur” kata pamannya
bersemangat
“ayoo..yooo…yooo….yooo”seru
alfa kegirangan
“kamu taruh dulu
tas mu di kamar sit,biyar paman sama tante yang masak”
“iya
paman”angguk sita pasti
Lalu pamannya
berjalan ke dapur,di ikuti alfa yang jingkrak-jingrak kegirangan di
belakangnya.
Di rabanya
saklar lampu kamar,setelah ruang kamar tampak terang dia melangkah pada colokan
untuk mencharge Handphonenya. Lalu diletakkannya
di atas meja.
Beberapa menit
kemudian tantenya memanggil untuk makan
nasi goreng bersama
“ini nasi goreng
alakadarnya sita,gak di kasih sayur ama saus,bahan-bahan dapur banyak yang
habis,tante tadi pagi juga gak sempat ke pasar”
“iya tante,ini
pun sudah enak kok”
Sita duduk di
meja makan berhadapan dengan tantenya,tak banyak percakapan saat mereka
makan,sedangkan alfa dan pamannya makan di ruang TV sambil menyaksikan film
kartun favorit alfa.
Karna merasa
lelah dan mengantuk,seusai membantu tantenya membereskan piring bekas
makannya,dia beranjak ke kamar.
Ditariknya
selimut sampai menutupi seluruh badannya,lalu dia merebahkan badannya,dan
pikirannya masih tak bisa istirahat,apa yang akan terjadi besok saat papanya
pulang,apakah papanya tetap tidak akan mengijinkan dia pergi ke sekolah,karna
tau mamanya pergi tanpa persetujuan ayahnya. tanpa di sadari matanya menetes
lagi,ingatan masa lalunya itu muncul,saat kedua orang tuanya bertengkar dan
saling beradu statement,dia menangis
di dalam kamar,lalu datang kakak perempuannya memeluknya.tapi sekarang tak ada yang
memeluk menenangkan hatinya,sedangkan kakaknya harus mengurusi keluarganya
sendiri.
Pagi-pagi sekali
dia pulang,ternyata sudah didapati papanya berada di ruang tengah.
“sebernarnya ke
mana ibu mu itu,sebagai kepala rumah tangga papa merasa sangat di remehkan”
“ibu berangkat
kerja di hongkong lagi pa,sita mohon papa jangan marah,ibu berangkat juga demi
keluarga,ibu pengen meringankan beban papa juga”
papanya hanya
terdiam tak menjawab.lalu sita pergi ke dapur menyiapkan sarapan,setelah
selesai dia buru-buru ke kamar mandi,dia tak memikirkan apakah papanya tetap
mangijinkannya sekolah atau tidak,yang terpenting dia berniat untuk berangkat
sekolah hari ini.
Berdua bersama papanya
dia menyantap sarapan di meja makan,sedikit canggung,sesekali melirik ayahnya.tak
ada percakapan saat itu.
Bersyukur sekali
saat dia pamit berangkat ke sekolah papanya tidak melarangnya.dan malah berpesan
agar hati-hati di jalan.dalam hati dia berkata “huff…trimakasih ya Allah,Engkau
telah meluluhkan hati papaku.”
Dalam hatinya
dia bertekad untuk lebih semangat bersekolah sampai dia bisa meneruskan di
bangku kuliah.dia tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya,terlebih ibunya
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar