Minggu, 14 November 2010

CORRY LEGIA SILABAN 080110101010


Keajaiban Persahabatan

Ada sebuah keajaiban yang disebut persahabatan
Persahabatan itu tinggal dan diam didalam hati
Kau tidak pernah tahu bagaimana itu terjadi
Bahkan permulaannya pun tidak

Kebahagiaan dalam persahabatan itu selalu ada
Memberikanmu semangat baru
Dan kau akan menyadari bahwa persahabatan
Adalah pemberian Tuhan yang  paling indah







27 September 2010
SELAMAT ULANG TAHUN SAHABATKU

“Aku Suka Sama Rara”
Kalimat yang keluar dari mulutnya itu membuat hatiku sakit, ngilu, dan seperti tercabik-cabik. Harapanku pupus seketika. Ingin ku menangis, menjerit sekeras-kerasnya agar semua orang tahu bahwa aku sedang sedih.
Permainan truth or order pada saat ulang tahunnya yang ke-21 itu telah memberikan ku jawaban. Jawaban dari semua pertanyaanku siapakah perempuan yang menjadi pujaannya. Perempuan itu bukan aku tapi Rara. Rara adalah salah satu mahasiswa baru angkatan 2010 jurusan Farmasi Universitas Jember.
“Apa sich hebatnya Rara  dibandingkan dengan aku?” bisikku dalam hati.
Aku muak dengan permainan ini. Aku harus berpura - pura tersenyum mendengarkan perkataannya. Tak bisakah aku menghilang saja? Tak bisakah aku meninggalkan segala kekonyolan permainan ini? Otak dan hatiku tak sejalan. Aku ingin pergi tapi  aku tak bisa. Itu kulakukan hanya karena satu alasan bahwa aku tidak ingin merusak acara ulang tahunnya. Hingga akhirnya permainan itu selesai, yang kurasakan adalah hatiku semakin sakit. Ternyata mengetahui suatu kebenaran itu terkadang menyakitkan.
Sudah hampir enam bulan terakhir ini aku mengagumi sosok Kardo. Dia teman seangkatan dan teman satu gerejaku. Jurusan Teknik Elektro Universitas Jember menjadi pilihannya dalam SNMPTN tahun 2008 lalu. Sebenarnya sudah dua tahun kami berteman akrab tapi baru beberapa bulan terakhir ini aku menaruh perhatian lebih kepadanya. Tak tahu kenapa bisa seperti itu. Mungkin karena dia baik dan bersikap lembut kepada perempuan. Zaman sekarang kan agak susah menemukan laki-laki yang memperlakukan perempuan dengan lembut. Baru-baru ini juga aku menyadari bahwa Kardo perhatian juga kepadaku.
“Evo sudah makan?” Tanyanya suatu malam kepadaku.
“Aku belum makan Do.” Jawabku.
“Oh, kalau gitu bareng aku dan teman-teman saja. Aku jemput sekarang ya.”
“Oke. Aku tunggu.” Jawabku dengan semangat.
Percakapan sekilas ditelepon itu hanya beberapa pembicaraan antara aku dan Kardo yang menyiratkan perhatian dari dia. Pernah juga suatu waktu aku sedang ingin sekali makan gulali. Padahal waktu itu sedang hujan deras. Ketika hujan reda Kardo menemani aku membeli gulali dan akhirnya keinginanku kesampaian. Sudah tak terhitung kebaikan dan perhatian yang dia berikan kepada ku. Setiap apa yang dilakukan olehnya membuat ku semakin menyayanginya. Entah lah, dia sekarang menjadi salah satu orang yang penting bagi ku. Aku jadi merasa ketergantungan padanya. Dia seperti obat penenang untuk ku.
Secret admirer, itu kata – kata yang tepat untuk menggambarkan diri ku. Aku memang pengagum berat Kardo. Sampai sejauh ini dia belum tahu bagaimana perasaan ku sebenarnya kepada dirinya. Aku lebih senang seperti itu. Aku dan teman – teman seangkatan ku 2008 yang juga satu gereja telah berjanji untuk menjaga keutuhan persahabatan kami. Sangat tidak diharapkan bila timbul rasa lain yang melebihi rasa persahabatan. Oleh karena itu, aku tidak mau orang lain tahu kalau aku menyukai Kardo.
Puncak dari apa yang kurasakan terjadi pada hari ulang tahun Kardo, 22 September lalu. Aku bersama dengan teman – teman memberikan kejutan. Kami mendatangi kosannya dengan membawa kue ulang tahun tanpa diketahui olehnya. Berhasil, dia benar – benar terkejut oleh kedatangan kami. Kebahagiaan yang meluap – luap tidak bisa ku bendung lagi. Tidak sengaja aku meneteskan air mata. Cepat – cepat aku menghapus air mata ku. Aku tidak ingin teman – teman berpikir bahwa aku bersedih. Malah sebaliknya, aku terlalu bahagia karena kejutan ini.
“Selamat ulang tahun Kardo. Tuhan memberkati kamu.”
“Terimakasih untuk semuanya teman – teman.” Kata Kardo.
Kebahagiaan itu berlanjut hingga ke restoran tempat Kardo mengajak kami merayakan ulang tahunnya. Awalnya semua berjalan baik dan meriah. Ruangan itu dipenuhi oleh gelak tawa teman – teman. Hingga akhirnya Eki mengusulkan permainan truth or order. Permainan ini menggunakan sebuah botol yang nantinya akan diputar oleh seseorang di atas meja. Setiap orang akan mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan yang diajukan orang lain dan harus dijawab dengan jujur. Permainan pun dimulai, walaupun aku mengikutinya dengan sedikit berat hati. Ketika tiba giliran Kardo, pertanyaan itu pun muncul.
Eki bertanya, “Siapa perempuan yang kamu sukai?”
Butuh waktu lama bagi Kardo untuk menjawabnya. Sempat berpikir bahwa perempuan itu adalah aku. Jawaban itu pun keluar dari mulutnya.
“Aku suka sama Rara.”
Aku tak pernah menyangka bahwa perempuan itu adalah Rara. Aku pun tersadar bahwa aku telah salah mengartikan perhatian Kardo kepada ku selama ini. Tidak seharusnya aku berharap lebih bahwa Kardo akan menyukai ku. Sejak awal sebenarnya perasaan ku ini memang salah. Aku telah menodai janji persahabatan kami. Persahabatan memang sering kali berakhir dengan cinta. Tapi biar bagaimanapun, aku tidak boleh memaksa Kardo untuk menyukai diriku. Maaf. Hanya kata itu yang bisa aku ucapkan dalam hati. Permainan itu telah memberikan ku pelajaran hidup yang berharga. Aku tidak seharusnya mengharapkan balasan cinta dari sahabat ku sendiri. Sampai saat ini aku masih berjuang keras untuk mengembalikan perasaan ku seperti semula. Rasa persahabatan yang sudah lama ku tinggalkan. Terimakasih telah manyadarkan aku. Sekali lagi, Selamat Ulang Tahun Sahabat ku. Wish you all the best.













27 September 2010

Tiada seorang pun yang tahu bahwa betapa berharganya dia dalam hidup ku. Aku memanggilnya Vio. Johannes Viotua Simanjorang, itu nama lengkapnya. Berbicara tentang tampak luarnya, dia termasuk orang yang tampan. Orang bilang, tampan itu relatif. Yahh, dia tampan kan menurut ku. Tak peduli apa kata mu. Memiliki tinggi 172 cm dan berat badan 53 kg membuatnya semakin mempesona. Ahh, Vio..!! Kau begitu manis bagi ku. Kapten basket di sekolah dan selalu menjadi pujaan wanita. Cemburu kah aku karenanya? Ya, aku benar – benar cemburu. Tapi mau bagaimana lagi. Dia memang memiliki magnet yang sangat kuat sehingga orang – orang disekitarnya selalu tertarik untuk mendekat kepadanya. Agak sedikit boros dan cenderung kurang teliti memang menjadi sifat buruknya. Itu semua tak penting bagi ku, tak akan pernah mengurangi rasa kagum ku pada pria berdarah batak yang satu ini. Vio, Vio, Vio..!!













4 Oktober 2010

Tak bisa berlabuh di hatinya. Ironis memang nasib Dodo. Pria tampan, punya pekerjaan mapan, dan sudah matang usianya ini ternyata tidak bisa meluluhkan hati wanita pujaannya. Entah sejak kapan Roberto Jauhari mulai memuja wanita itu. Sama seperti dia tidak tahu sejak kapan dan mengapa orang – orang memanggilnya Dodo. Padahal tidak ada unsur Dodo dalam namanya. Ahh!! Apalah arti sebuah nama.
Wanita itu tiba – tiba muncul di ruang kerjanya sekitar 2 minggu yang lalu. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya oleh sekretsrisnya bahwa hari itu Dodo akan diwawancarai oleh wartawan sebuah majalah. Anehnya lagi, ternyata majalah itu adalah majalah khusus ibu – ibu rumah tangga. Tinggi 162 cm kira – kira, rambut bergelombang dan pirang, kulit putih, dan ada tahi lalat tepat di tengah dagunya. Itu baru tampak luarnya.Ketika wanita itu mulai bicara, Dodo seperti mendengar kicau burung gereja karena suaranya merdu sekali. Dodo jatuh cinta pada pandangan pertama.
Tuhan menciptakan makhluk seindah dia, Vionna Lubis. Terlalu indah bahkan. Dodo tak bisa menyentuhnya. Tidak akan pernah terjadi. Saat wanita itu ingin mengambil pulpennya yang tertinggal di meja kerja Dodo, cincin emas yang tersemat di jari manis tangan kanannya memunculkan diri.









11 Oktober 2010
BENTO TAK MAU REPOT

Semua orang di kampungnya memanggil dia Bento. Pria 26 tahun ini tinggal sendirian di gubuknya sejak dahulu. Tidak ada seorang pun di kampung itu yang pernah melihat orang lain di gubuknya. Bento bukan orang yang ceria, dia tidak banyak bicara dengan orang disekitarnya.
Di balik kemisteriusannya, Bento sebenarnya memiliki bakat menyembuhkan penyakit hanya dengan menyentuh orang sakit tersebut. Bento baru menyadari bakat istimewanya ini ketika berumur 19 tahun. Pernah suatu kali Bento bertemu dengan seorang gadis yang sedang menangis memegang kakinya yang sakit. Ternyata kaki kiri gadis itu keseleo dan susah digerakkan setelah terjatuh dari pohon. Ketika itu si gadis sedang memanjat pohon mangga untuk mengambil buahnya, pada saat akan turun, dia terjatuh. Bento mendekati gadis itutanpa berkata dan langsung menyentuh kaki kiri si gadis. Tak berapa lama si gadis berhenti menangis dan bisa menggerakkan kakinya. Bento bingung melihat kejadian itu dan langsung meniggalkan si gadis yang tak sempat mengucapkan apa – apa kepadanya.
Walaupun Bento telah menyadari bakatnya itu, dia tetap tidak mau menggunakannya. Dia tidak mau menjadi pusat perhatian orang – orang yang akan datang kepadanya untuk minta disembuhkan. Dasar Bento tidak mau repot. Padahal bakatnya itu sangat berguna.
Hingga sekarang Bento tetap saja bertahan di gubuk deritanya seorang diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar