19 September 2010
Precious Gift
I send word as pillow
To carve a beautiful dream of yours
I send attention as blanket
To give warm feeling to you for alongside night
And I send prayer to take care of you
Till morning again greet you
Corrected by Khusnul Khotimah in 20 September 2010
26 September 2010
Cermin Seekor Burung
Ketika musim kemarau baru saja mulai. Seekor burung pipit merasakan tubuhnya mulai kepanasan, lalu mengumpat pada lingkungannya yang di tuduhnya tidak bersahabat. Dia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempa yang sejak dulu menjadi habitatnya, terbang jauh ke utara mencari udara yang selalu dingin dan sejuk.
Benar, pelan-pelan dia merasakan kesejukan udara makin ke utara makin sejuk. Dia semakin bersemangat memacu terbangnya ke arah utara lagi. Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju, makin lama makin tebal,dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena tubuhnya terbungkus salju. Sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya justru semakin tebal. Si burung pipit tak mampu berbuat apa-apa dan menyangka riwayatnya akan tamat.
Dia merintih menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan, seekor kerbau yang kebetulan lewat menghampirinya. Namun, burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor kerbau. Dia menghardik si kerbau agar menjauh dan mengatakan bahwa makhluk tolol mana mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya.
Si kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri melihat serius pada si burung yang banyak bicara kemudian kenang tepat di atas burung terebut. Si burung pipit semakin marah dan memaki si kerbau. Lagi-lagi si kerbau tidak bicara, dia maju satu langkah lagi dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung ketika itu si burung tidak bisa bicara karena tertimbun banyak kotoran. Si burung mengira lagi bahwa dia akan mati karena tak bisa bernapas.
Namun, perlahan-lahan, dia merasakan kehangatan, salju yang membekukan bulu-bulunya perlahan meleleh oleh hangatnya kotoran si kerbau, diapun dapat bernapas lagi dan melihat kembali langit yang cerah. Si burung berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas-puasnya.
Mendengar suara burung bernyanyi seekor anak kucing menghampiri sumber suara, tangan berbulu halus namun menyimpan bahaya di balik jari jemari imutnya, di ulurkannya untuk mengais tubuh si burung dan kemudian menimang-nimang, menjilati, mengelus-elus,dan membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada tubuh si burung. Begitu bulunya bersih, si burung bernyanyi dan menari kegirangan, dan telah mendapatkan teman yang baik yang ramah dan baik hati.
Namun, apa yang terjadi kemudian, seketika itu dunia terasa gelap gulita bagi si burung,dan tamatlah riwayat si burung pipit itu di telan si kucing.
Tidak sulit untuk menarik garis terang dari kisah ini. Sesuatu yang acap sekali terjadi dalam kehidupan kita. Halaman tetangga yang selalu tampak hijau dan bersih, penampilan yang sering menjadi ukura, yang buruk sering di anggap bencana dan tak melaihat bahwa hikmah yang bermain di baliknya,dan merasa bangga dengan nikmat yang sekejap.
Burung pipit adalah gambaran dan cerminan yang menampilkan wajah kita…
Corrected by Nuris Khoirina in 27 September 2010
Personal Description
27 September 2010
Anita adalah seorang gadis yang sederhana. Anak kedua dari tiga bersaudara dan sudah tidak bersekolah padahal umurnya baru menginjak 17 tahun. Anita sudah bekerja di sebuah industri rumahan yang memproduksi permen lokal kemasan.hal itu di lakukannya untuk membantu kondisi ekonomi keluarga.
Setiap harinya Anita yang berkulit sawo matang, rambut bergelombang terurai di terpa angin jalanan karena mengayuh sepedanya dengan begitu kencang. Dia selalu tersenyum manis jika di sapa banyak orang. Postur tubuh yang sedang membuat dia bgitu indah di pandang walaupun kulitnya sawo matang.
Mata indahnya yang lebar seolah selalu melihat jauh di masa depan, yang mendambakan kebahagiaan. Anita adalah salah satu cerminan gadis desa yang bercita-cita untuk mengubah nasib hidupnya.
04 Oktober 2010
Totok adalah seorang anak yang baru masuk sekolah dasar. Dia anak pertama dari pasangan suami-istri yang menikah sejak 7 tahun lalu. Setiap harinya ayah Totok di repotkan dengan rutinitas antar-jemput si Totok. Suatu ketika ayah Totok mendapat ide, bahwasannya si Totok sudah harus bisa bersepeda, agar tidak selalu merepotkan aktifitas sang ayah lagi.
Waktu itu, pada hari minggu tepatnya, sang ayah memanggil Totok.
“Nak, sini?! Ada sesuatu buatmu.” Seru sang ayah. Dan Totok pun bergegas untuk memenuhi panggilan ayahnya.
“Tahu nggak, kenapa ayah memanggilmu?”, dengan pertanyaan yang ayah Totok ajukan itu, dia semakin bingung dan heran.
“Belum tahu, yah!?”, seru si Totok dengan wajah penuh keheranan.
“Ayah membelikanmu sebuah sepeda baru.”
Seketika mendengar berita bahwasannya dia di belikan sepeda baru, wajah yang semula menunjukkan ekspresi keheranan itupun berubah jadi riang. Totok bergegas mencari dimana sepeda barunya itu di letakkan oleh ayahnya.
“Dimana sepeda baruku itu, yah??”, dengan penuh semangat si Totok bertanya sambil menggelayuti tangan sang ayah.
“Ayah sudah memarkirnya di depan garasi…, agar kamu bisa langsung belajar mengendarainya.”
“Terima kasih banyak,yah? Aku sudah tidak sabar lagi untuk bisa membalap sepeda baruku itu.”
Sang ayah tersenyum lega bahwasannya anak semata wayangnya itu sangat antusias mau belajar. Dan si Totok pun bergembira ria karena dia sudah punya sepeda dan tidak malu lagi karena harus selalu di antar-jemput setiap hari oleh ayahnya.
11 September 2010
Di suatu tempat yang tak jauh dari lingkungan kota namun lingkungannya masih lekat dengan keramaian. Sebut saja daerah itu dengan Desa Songolepen. Konon katanya, di desa tersebut ada yang mirip seekor kambing. Dia berjalan tegap layaknya manusia normal dan tidak berbulu lebat seperti kambing, hanya saja di bagian raut yang menyerupai, bagian kepala yang mulai tumbuh tanduk sedikit menonjol. Bagian belakang tepatnya di atas pantat sudah keluar ekor dan tidak berbulu tidak seperti ekor kambing.
Anak itu sudah menginjak umur 12 tahun, “ Keprat” namanya. Dari kecil keprat sudah sering menunjukkan keanehan-keanehan, seperti halnya dia sering makan kotoran yang dia jumpai di sekitarnya. Hal itu sering terjadi dan banyak tetangga sering miris menyaksikan fenomena itu. Ibunda keprat meninggal setelah melahirkannya dari pusar perutnya….. kabarnya ayah keprat di bunuh orang di daerah Jalur Selatan pulau jawa, ada juga yang bilang bahwa ayah keprat pulang kembali ke daerah asalnya entah dimana itu.
Menurut kabar si keprat juga bisa menangkap makluh halus dan sering berbicara dengan makhluk tersebut. Keseharian keprat hanya megurung diri di rumah yang dibuatkan hanya jarak beberapa jengkal dari rumah nenek kakeknya. Sesekali dia keluar hanya untuk menangkap beberapa hewan liar, seperti: burung, belalang, ular, tikus sawah untuk kemudian dijadikan lauk makannya.
Kebiasaan aneh dan bentuk postur tubuhnya itulh yang membuat masyarakat sekitar rumah Keprat menyebut dia sebagai jelmaan anak “Ifrit”. Hal itu pun sempat di benarkan oleh kakek-neneknya, namun kakek-nenek Keprat menganggap cucu satu-satunya tersebut layaknya manusia normal. Kakek-nenek Keprat berpikir seperti itu bahwasannya si Keprat masih mau makan nasi putih, hanya lauknya yang kurang wajar. Pribadi Keprat yang cenderung tertutup dengan lingkungan sekitarnya juga di akui oleh orang tua dari ibundanya tersebut. Jangankan orang lain, kakek-neneknya pun yang sudah merawatnya dari masih Keprat menempel dengan ari-arinya sangat jarang berkomunikasi. Keprat hanya mau berkomunikasi jika menginginkan sesuatu, seperti halnya ingin makan, menanyakan hari/tanggal/bulan di kalender jawa pada kakek atau neneknya.
Suatu ketika, ada beberapa anak laki-laki muda yang ingin mencari kebenaran dengan menanyakan pada penduduk sekitar desa Songolepen. Mereka pun mendapat jawaban pasti dari penduduk sekitar. Dan para pemuda itu serta merta mendapat informasi mengenai alamat lengkap rumah si Keprat. Dengan bergegas mereka meminta salah seorang dari desa Songolepen untuk membantu mengantar ke kediaman Keprat.
Sesampainya di pelataran rumah Keprat, mereka disambut oleh seorang nenek yang kelihatan sudah renta, sedang duduk diatas dipan bamboo yang berada di beranda rumah. Mereka langsung menyapa nenek tua itu dan menanyakan kebenaran alamat rumah Keprat yang mereka dapat dari penduduk desa sekitar. Sebelum nenek itu menjawab pertanyaan yang mereka ajukan, mereka di kagetkan dengan suara keras menyentak! Serentak para pemuda itu pun terperanjat kaget. To be continue….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar