6 September 2010
Kerinduan
Dalam sepi ku sendiri
Ruang pu serasa menghimpit
Sekian lama ku menanti
Namun tak ku temui
Dalam tangis terurai kata
Serpihan rindu yang membara
Rindu hati membawa pedih
Luka hati yang teramat perih
Meratapi mimpi yang telah pergi
Ditemani suara sunyi
Hampa hati ku jalani
Menanti hati yang tak pasti
Sayang
Kapan kau menanti kembali
Membawa mimpi-mimpi
Yang telah lama ku nanti
Sampai ahir nanti
Poor family
Di pojok kota yang gelap dan sunyi seakan tidak ada kehidupan. Berdiri sebuah bangunan yang akan runtuh saat angin berhembus. Di situlah mereka tinggal, menghabiskan waktu bersama. Rumah yang kecil dengan lampu jalan yang terkadang tidak berfungsi. Sepasang suami istri yang telah menikah selama limabelas tahun yang lalu. Pernikahan tanpa pesta dan tanpa sahabat, hanya kerabat terdekat mereka yang menyaksikan. Rumah renta itu lah yang mereka miliki. Hari-hari dilewati bersama tanpa kehadiran malaikat kecil yang menangis di tengah malam. Namun mereka tetap bahagia, walau terkadang tak sesuap nasi yang mereka telan. Hanya rumah tua yang mampu mempersatukan mereka.
Laki-laki itu bernama Hendry. Sedangkan istrinya Diska. Hampir enambelas tahun pernikahan mereka tetapi tidak sekali mereka merasakan adanya pesta dan hadiah. Di tahun ini mereka merasakan sesuatu yang menggebu muncul dibenak mereka, memberikan hadiah. Ya, hadiah yang selama ini tak pernah mereka berikan. Tetapi sayangnya mereka tidak memiliki sesuatu yang dapat mereka berikan. Jangankan membeli sesuatu untuk makan saja mereka tak menentu. Suatu malam yang dingin di peraduan yang hangat, mereka menceritakan apa yang mereka alami hari ini.
“ Sayang, pernahkah terlintas di benakmu apa yang paling kau inginkan?” kata Hendry
“ Eeemmmhhhhh.......kenapa kau bertanya begitu pada ku? Adakah sesuatu yang kau pikirkan?”kata Dizka.
“ Tidak, aku hanya ingin tau apa yang kau pikirkan.”
“ Tidak ada yang ku inginkan selain kehadiranmu di sisiku. Selama kau ada di sini bersamaku bagi ku semua yang ku ingikan telah kau penuhi.”
“ Benarkah ?”
“ Tentu sayang.”
Tapi Hendry tidak berputus asa untuk mencari tau apa yang istrinya inginkan. Tapi apa yang dilakukan hendry sia-sia saja, tidak terlontar sebuah kata benda yang dia inginkan. Henry semakin bingun dengan hadiah yang akan di berikannya kepada istrinya. Diska pun demikian, mencari tau hadiah apa yang diinginkan suaminya. Diska terus memutari pasar seperti kucing yang mencari mangsa, kesana kemari tanpa tau apa yang akan didapatkan nanti. Hari semakin dekat, jangankan hadiah yang mereka inginkan uang pun mereka tak punya. Mereka semakin bingung, mencari-cari uang dan mencari hadiah yang terbaik tapi tak kunjung mereka dapatkan.
Tinggal satu malam lagi hari itu tiba, tapi mereka belum juga mendapatkannya. Mereka terus mencari hadiah yang terbaik. Kekecewaanpun datang dan menghinggap di pikiran mereka, badan pun lunglai tak bertulang. Sepanjang perjalanan hanya serpihan tangis dan duka yang mereka bawa. Setibanya Diska dirumah ternyata Handry belum tiba, dia cepat-cepat mencuci muka yang penuh kekecewaan berganti senyuman. Begitupun Hendry sepanjang perjalanan dia berusaha untuk bisa tersenyum sesampainya dia di rumah. Malam itu seakan kian kelam tanpa bintang yang bersinar menerangi malam-malam biasanya, karena keletihan mencari hadiah yang cocok dan juga mencari harga yang pas dengan uang yang mereka punya, tanpa tegur sapa terucap mereka melenggang keperaduan. Tapi ternyata mereka hanya berpura-pura tidur, hanya memejamkan mata, tapi pikiran mereka hanya tetuju dengan hadiah apa yang akan mereka berikan.
Malam semakin larut, hendry berajak dari tempat tidur dan keluar kamar. Diska menyadari itu tapi dia tidak bertanya, takut suaminya tahu kalau sebanarnya dia tidak tidur. Hendry duduk termenung diruang tengah, bersandat di kursi yang sudah renta. Tidak sengaja dia memegang jam tangan peninggalan ayahnya dulu. Hanya dengan menjual jam itu dia bisa membelikan hadiah untuk istrinya. Malam itu dia berniat untuk menjualnya dan membelikan jepitan rambut yang penuh dihiasai jamrut. Sebenarnya dia tidak rela untuk menjualnya karena hanya jam itulah satu-satunya peninggalan ayahnya, tapi rasa itu telah di buangnya jauh-jauh hanya untuk istrinya tercinta. Hendry memutuskan untuk kembali kekamar, dia merasa begitu senang dengan rencanannya, hingga dia tidur terlepap memeluk istrinya yang ternyata belum juga tertidur. Pagi itu Handry berangkat pagi-pagi sekali untuk menjual jam tangannya. Diska yang tak tertidur matanya sayu karena itu lah dia bangun lebih siang dari biasanya. Selapas suaminya pergi yang dikirannya berangkat berkerja dan melupakan hari ini adalah hari pernikahannya denagnnya. Diska pun bergegas untuk pergi mencarikan hadiah walau sudah berhari-hari dia mencarikannya.
Tidak sengaja dia melewati salon yang menerima penjualan rambut untuk bahan pembuatan sanggul. Sebenarnya salon itu menerima hanya dari salon-salon lain yang mengumpulkan potongan rambut pelanngganya, diska tau itu. Tapi dia tetap mencoba menawarkan rambutnya untuk dijual. Awalnya pemilik salon menolaknya, tapi karena diska memohon ahirnya pemilik salon mau untuk memotong dan membeli rambutnya. Rambut diska memang indah, panjang dan hitam berkilau. Dia memang tidak pernah kesalon untuk merawat rambutnya, hanya sampo tradisional yang mampu dia beli, tapi sampo tradisional itu yang membuat rambutnya indah. Dari hasil penjualan rambuatnya dia berencana membelikan tempat jam tangan untuk suaminya. Selama ini jam kesayangan suaminya hanya dimasukan kedalam laci almari agar tidak berdebu. Setelah rambutnya selesai dipotong di bergegas mencari toko penjual jam yang pastinya disana terdapat tempat jam tangan yang indah-indah.
Hendry pulang lebih awal dari diska, dari penjualan jam tangannya tidak hanya jepit rambut yang dia dapatkan, tetapi juga makanan yag enak untuk dimakannya malam ini bersama istrinya. Dia mempersiapkan makam malam yang indah dtemani lilin-lilin kecil yang menerangi ruangan tengah mereka. Tidak lama setalah hendry selesai mempersiapkannya diska sampai dirumah. Diska terkejut dengan suasana rumah yang tiba-tiba berubah menjadi ruang makan istana yang penuh dengan kerlap kerlip lampu lilin disana sini. Yang semula dia kira suaminya melupakan hari pernikahannya ternyata hendry telah mempersiapkan malam yang indah untuk bersamanya. Henry belum menyadari rambut diska yang telah pendek, begitu pun diska belum menyadari jam tangan yang yang biasa melingkar di tangan kanan suaminya telah tiada. Sebelum menyalakan lampu untuk makan malam mereka berdansa di tengan-tengan lilin yang berkerlap-kerlip laksana bintang yang bertaburan. Saat hendry menyalakan lampu tidak sekedip mata pun yang ia lakukan, alangkah terkejutnya dia meliahat rambut pendek istrinya. Begitupun diska yang melihat jam di tangan kanan suaminya tidak ada. Dia kira disimpannya di dalam almari dan berlari lah dia menuju almari dan cepat-cepat membuka laci. Tetapi dia tidak mendapatkannya, hanya kertas-kertas berharga didalamnya. Diska berlari kepada suaminya.
“ Kemana jam tanganmu?”
“ telah ku jual tadi.”
“ Kenapa?”
“ Untuk membelikanmu hadiah dan makan malam ini.”
“ Kenapa kau lakukan itu, aku tau jam itu sangat berharga untukmu.”
“ Tidak, jam itu tidak berharga lagi saat aku menikahimu.”
“ Kenapa kau potong rambutmu?”
“ Ini.......ini.......”(diska tak mampu menjawab)
“ Kenapa? Katakan yang sejujurnya!”
“ Aku menjualnya untuk membelikanmu hadiah.”
“ Ya Tuhan, kau tau Rambutmu adalah mahkotamu.”
“ Aku tau, tapi aku ingin membelikanmu sesuatu.”
Hendry tau apa yang dilakukan diska hanya untuk dirinya, niat hendry untuk marah diurungkanya. Begitupun diska yang telah mengetahui alasan suaminya menjual jamnya.
“ Sayang, aku punya hadiah untukmu walau aku tahu kau tidak bisa mengenakannnya saat ini di rambutmu yang indah. Tapi mungkin nati saat rambutmu telah panjang kembali.”
“ Aku juga punya sesuatu untukmu.”
Air mata yang tak ingin mereka teteskan keluar dengan sendirinya. Diska menangis dipelukan suaminya. Hingga dibopongnya dia ke peraduan. Hendry tidak melepaskan pelukannya hingga pagi menjelang.
Wanita Itu
Seorang wanita duduk tetapi di bawah pohon cemara. Tidak kuduga pesonanya menarik seluruh perhatian ku. Rambut hitam yang terurai panjang, kulit putih yang memancarkan keindahan tubuhnya. Semua pria yang melihatnya akan jatuh hati padannya tanpa memandangnya. Aku coba mencari siapa dirinya. Aku bertanya kepada semua teman yang kutemui, seakan mereka mengenalnya.
Sejak permakali aku melihatnya tak kunjung ku temui, menghilang bak tertelan bumi. Namun ku tak menyerah, sesosok wanita cantik yang berjalan dengan penuh keanggunannya, berjalan menembus kerumunan orang yang berkumpul di setiap sudut taman. Berjalan lurus tanpa tau apa yang terjadi di belakangnya. Aku mencoba menunggu dimana pertama kali aku melihatnya. Berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Hanya satu hari itu keberuntunganku. Ketemui dia sedang duduk sendiri mebawa sekumpulan buku, tepat dugaan ku bawa dia adalah teman sekolah menangku dulu, yang ku cinta dan ku damba.
Keceriaan Si Gadis
Anita Sahara adalah gadis yang penuh ceria. Senyumnya laksana bunga taman yang bermekaran, rambut ikalnya yang menawan dan lesung pipi yang setia menemaninya menambah keindahan dirinya. Seperti biasa dia berjalan dari lorong utama menuju rentetan kelas dimana biasa dirinya mendapatkan pengajaran. Sinar matanya yang tak pernah padam membuat semangat orang-orang yang disekitarnya. Keceriaannya membuatnya banyak teman dimanapun dia berada, tak pernah memilih teman siapapun bisa jadi temannya. Dia bukan gadis yang pandai merias dirinya dengan perhiasan lucu di dirinya, tapi hanya senyuman dan gelak tawa ceriannya yang mampu membuat orang lain tertarik mengenalnya.
“ Hi Anita.”
“ Hi...”
“ Ada kelas hari ini?”
“ Tidak, aku hanya ingin mengembalikan buku keperpus.”
“ Setelah itu? Apa kamu punya rencana?”
“ Emmmh.....tidak. kenapa?”
“ Mau ikut dengan ku?”
“ Kemana?”
“ Kerumah kakaku yang sedang sakit. Kebetulan saat orang tuaku kesa aku sedang ada ujian jadi aku g bisa kesa ma mereka.”
“ Apa tidak apa-apa aku ikut dengan mu?”
“ Ya nggak lah, kan aku yang ngajak kamu ikut. Dah jangn banyak pikir ikut yuk......!”
“ Ok... tapi ada saratnya ya!”
“ Pasi masalah makan ni. Heeemm.....”
“ Hehe......tau aja.”
“ Masalah itu gampang yang penting sekang kita jalan dlu, biar g kemaleman. Yuk......!”
Intan adalah sahabat terdekatnya. Kemanapun mereka pergi selalu bersama. Seperti saudara kembar yang tidak bisa lagi dipisahkan. Intan adalah anak pengusaha kaya yang semua kebutuhannya tercukupi. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan Anita. Namun perbedaan itu tidak pernah nampak saat mereka bersama. Orang yang tidak mengenal mereka pasti mengira mereka adalan saudara kandung. Apalagi di tunjang dengan posture tubuh yang hampir sama, tidak semuanya sama walau Anita lebih kurus daripada Intan. Maklum lah anak kos yang makannya tidak pernah teratur kapan jam makan mereka. Intang yang penuh dengan kemewahan sedangkan Anita yang penuh kesederhanaannya. Mereka bersahabat layaknya persaudaraan.
Keajaiban Pohon
Di sebuah pulau kecil dan tidak namapk kehidupan didalamnya kecuali para binatang binatang buas dan liar, pepohonan yang besar. Tetapi trnyata, ada sebuah desa kecil di dalamnya. Desa yang jauh dari peradapan. Desa yang elok dan penuh kejaiban dan keindahan alam. Manusis dan binatang liar tidak ada pembatas, tetapi mereka hidup berdampingan penuh kedamaian. Mencintai apa yang diberi oleh alam, ya mungkin itu lah yang mereka lakukan sehingga terciptalah keseimbangan atara alam dan juga binatang-binatang yang hidup disana. Tidak ada pemburu liar, tidak ada penebangan pepohonan dan juga tidak ada penambang hasil alam. Desa ini masih suci hanya masyarak pribumi yang meninggalinya.
Di pulau yang jauh dari moderenisasi kehidupan yang tenang ternyata masih menyimpan beberapa kebiasaan yang biasa orang –orang kota lakukan. Pengasingan, kata yang tidak semua orang mau merasakannya. Sebelum kejadian aneh ini terjadi kehidupan desa sangatlah tenang tidak ada kegaduhan apa lagi salah fahan tentang suatu masalah. Semua berjalan sesui denganadat istiadat yang ada. Tapi setelah lahirnya anak kedua dari keluarga yang terpandang membuat perselisihan timbul. Sebelu lahurnya anak kedua dari keluarga Sanityo, kelurganya tidak mengalami sesuatu hal yang membuat mereka sesusah saat ini. Ani panggilannya, anak yang masih berumur 5 tahun ini telah memiliki suatu kelebihan yang baru kali ini terjadi. Dia mampu berbicara denngan pohon-pohon tua yang telah puluhan tahu hidup sebelum ada masyarakat pribumi. Entah kenapa dan kesalahan apa yang dilakukan keluarga ini lakukan, sehingga terlahirnya seorang anak yang memiliki kemampuan yang aneh ini.
Semenjak Ani mampu berjalan dan berbicara tingkah laku Ani mulai kelihatan aneh. Sehingga banyak orang yang mengatakan dia adalah pembawa musibah di desa. Sehingga dia dan kelurganya harus diasingkan. Keluarganya yang terpandang kini tidak lagi jadi keluarga yang terhormat. Ani lebih sering berbicara dan bermain dengan pohon dari pada dengan teman sebayannya. Teman-teman sebayanya pun tidak mau mendekatinya lagi. Ani sering mengatakan bahwa bermain dengan pohon lebih menyenangkan dan pohon-pohon itu bisa berbicara layaknya orang berbicara. Tentusaja tidak ada yang mempercayainya. Dia hanyak anak kecil yang hanya berumur 5 tahun, yang sukanya berhayal dan mengandai-andai.
Pagi itu tidak ada yang berbeda dengan tingkahlaku Ani, hari semakin siang seperti biasa dia bermai-main didekat pohon rondang, berlari-lari dan tertawa. Tetapi tiba-tiba dia berhenti dan terlihat sedang bertengkar dengan anak lain. Dia menangis dan marah-marah. Ibunya yang melihat dia tetegun dengan apa yang anaknya lakukan dan menghampirinya.
“ Ada apa Anakku sayang?”
“ Pohon berbohong padaku bu.”
“ Memangnya apa yang dikatakan oleh pohon sayang?”
“ Dia bilang ayah akan mati beberapa hari ini, karena penyakit yang dideritanya selama in. Memang ayah sakit apa bu?”
“ Ayah tidak sakit apa-apa nak. Mungkin kamu hanya berhalusinasi nak. Sudah jangan menangis itu tidak akan terjadi. Ayah baik-baik saja.”
Sebenarnya ibunya juga tidak tahu sakit yang suaminya derita dan ibunya tetap tidak percaya dengan apa yang dikatakan anaknya. Dia berfikir itu hanyalah tingkah anak kecil yang meminta perhatiankepada orang tuanya yang sibuk bekerja. Tetapi Ani terus menagis, tangisannya tidak bisa dihentikan. Dia berlari mencari ayahnya yang sedang memecah kayu di belakang rumah. Dan di tetap menangis, dan menceritakannya lagi kepada ayahnya. Lagi-lagi ayahnya tidak percaya dengan apa yang dikatakan anaknya. Ani terus mengis mengikuti kemanapun ayahnya pergi. Tetapi kejadian itu tak kunjung datang, Ani pun melukannya. 4 hari stela kejadian itu cuaca berubah menjadi mencekam hujan yang deras diiringi irama petir yang terus menggelegar menembus telinga. Beberapa hari ini kondisi ayah Ani semakin membeburuk. Malam ini lah puncak kesakitan yang dia rasakan hingga ajal menjeputnya selamanya. Setelah kejadian itu ani baru teringat denga apa yang dikatakan oleh pohon. Malam itu dia lari kepohon dan berlutut meminta mengembalikan ayahnya yang telah mati. Tapi pohon tak memberikan jawaban apa-apa tentang permintaanya. Ani pun beranjak pulang.
Setelah kejadian ayahnya meninggal Ani lebih sering lagi mendapatkan berita orang-orang yang akan mati, dan yang dikatakannya Ani selalu benar. Tetapi semenjak kematian ayahnya ni tak seperiang dulu. Kejadian yang sama sering terulang banyak orang yang menganggapnya sebagai pembawa musibah. Tetapi sebgian orang beranggapan bahwa dia adalah pembawa berita dari Tuhan. Kali ini dia mendengan kabar, kabar kematian. Kabar ini tidak untuk siapapun kecuali ibunya. Ani berkata bahwa hidupnya tidak akan lama lagi dia telah dijemput ayahnya untuk menemaninya si surga. Selang beberapa hari setelah Ani mengatakannya pada ibinya dia meninggalkan kakak dan ibunya.
Tidak aku kira SMA yang baru ini banyak kegiatan yang sudah berjalan yaitu OSIS dan Pramuka. Kegiatan ekstara kulikuler ini menarik minat saya untuk bergabung didalamnya. Dari dulu aku memang suka dengan kegiatan seperti ini. Keuntyngan mengikuti kegiatan seperti ini adalah aku punya banyak teman dan juga pengalaman.
Lautku Terbentang Luas
Enam tahun yang lalu aku masih duduk di bangku SMA. Awal aku rasakan sekolah jauh dari orangtua. Rumah orangtuaku jauh dari SMA sehingga aku tinggal di rumah salah satu kerabat dari ibuku. Awalnya aku merasakan ketidaknayamanan tidak tinggal bersama orangtuaku, keadaan sekitar yang tidak ku kenal dengan baik membuatku semakin bingung harus berbuat apa. Untuk mengisi waktu ku, ku mengikuti bermacam kegiatan yang di selenggarakan pihak SMA mulai dari kegiatan eksteral hingga kegiatan ekstrakulikuler. Dari dulu aku memang suka berorganisasi, bermain dan mempersiapakan suatu kegiatan buatku sangat menyanangkan.
Kali ini aku dan teman-teman berniat untuk camping di pinggir pantai. Telah lama aku tidak menengok keindahan alam yang terbentang luas berkilo-kilo meter jauhnya hanya lautan yang terlihat. Persiapan kegiatan dibutuhkan hanya dalam waktu 1 bulan. Tanggal 24 Desember kami serombongan anak SMA yang di akut dengan truk menuju ke pantai. Sepanjang perjalanan kita merasa senagan kita terus bernyanyi-nyanyi di iringi alunan gitar yang terus petik sepanjang perjalannan, walaupun ada sebagian teman yang tertidur saat perjalanan.
Sesampainya aku disana tak kuasa aku menahan kesenangan ku melihat pantai yang membentang luas begitu mempesona jiwa ku, angi yang membelai rambutku, dan air suber yang baru keluar dari tanah tak jauh dari pantai. Semakin larut ku disana keindahan seakan ditambah dengan sinar rembulan dan dan kerlap-kerlip bintang di atas lautan. Seakan ku ingin disana bersama mereka memberikan segenap cahaya yang ku punya untuk orang-orang yang membutuhkan aku menunjukkan jalan untuk pulang. Tidak ada dukang yang ku rasakan saat ku bersamanya. Walau pun terkadang mendung tetap menyelimuti. Tapi tak apa akupun bisa menjadi hujan yang menyegarkan bumi ini kembali dengan tetesan-tetesan air mata awan yang tak lagi dapat dibendung.
Aku tersadar sebenarnya aku tak pantas untuk menikmati keindahan alam ini. Kucoba tuk memejamkan mata, tapi tak kuasa ku tuk membuakanya dan menikmatinya kembali, mata yang penuh dosa selalu menggoda. Oh Tuhan darimana inspirasi yang Kau dapat, kenapa Kau membuat sesuatu yang indah di mataku. Tuhan akankah aku temui lagi saat terindah yang ku lalui ini, akankah alammu masih tetap keindahan ataukan membuat kehancuran.
Obak yang bergulung-gulung berkeja-kejaran seakan ritme yang mengatur mereka berdebur. Sepoi angin yang di iringi alunan deburan ombak, bitang yang bertaburan berkelap kelip di temani rembualan, pelaut yang ditemani kailnya, dan aku yang ditemani petikan gitar teman-temanku. Malam begitu semakin indah, keindahan yang terhampar luas tak ingin aku lepaskan dan hanya meninggalkan jejaku. Dua hari ku lalui disana tapi seakan tak cukup menghapus kerinduanku kepadanya. Pada ahirnya akuy benar-benar harus beranjak pergi dari surga dunia, dan aku berjanji akan menemuinya kembali. Suatusaat nanti pasti aku akan kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar