20 September 2010
My Heart
Dark, far, my heart
Every day, as time going by see at past time just sadness
See at present, I can’t imagine
Behind the scene, all sadness and happiness can’t accounted
In the face, I always happy and smile
20 September 2010
Kesayanganku
Saat itu udara diluar sangat panas, aku berada di sebuah toko. Ketika sedang melihat-lihat, ku bertemu dengannya. Aneh, tiba-tiba hatiku menari-nari. Ini perasaan yang baru pertama kali kurasakan. Aku tak tahu ini apa, tapi mataku tak bisa lepas darinya. Rambutnya yang coklat, serta bola matanya yang hitam, membuatku semakin terpedaya.
Lalu kuputuskan untuk bertanya tentangnya kepada penjaga toko. Penjaga toko berkata bahwa dia anak baru disini dan dia blasteran. Kuperhatikan dia lagi dan itulah jawaban mengapa dia tampak berbeda yaitu karena dia berdarah campuran. Melihat ketertarikanku, penjaga toko kemudian menawariku untuk membelinya dengan harga yang masih terjangkau. Jadi, aku pun membelinya dan membawanya pulang.
Aku sangat senang membawa dia pulang. Dia hamster yang sangat lucu. Rambutnya yang coklat dan bola mata hitamnya membuatnya semakin lucu. Dia ku namai Bibble. Dia kesayanganku karena selalu menemaniku dikala senang maupun sedih.
27 September 2010
Dibalik Itu
Santi adalah temanku yang sangat baik. Semua teman sekelas menyukainya. Dia selalu ramah pada semua orang dan suka menolong. Dia juga cewek yang cantik. Maka tidak heran kalau banyak cowok yang naksir dan berani nembak dia walaupun semuanya ditolak. Tapi tidak ada yang tahu kehidupan Santi dirumahnya. Aku sendiri, Retno, sahabat Santi, tidak banyak tahu tentang Santi. Tapi yang jelas, sudah dua kali aku melihatnya dipukul Ayah tirinya. Dan saat ku tanya kenapa Ayahnya melakukannya, dia tidak pernah menjawabnya. Dan karena aku bukan orang yang bisa melihat orang lain dilukai apalagi kalau orang itu adalah orang yang kusayangi maka kuputuskan untuk bertindak. Sepulang sekolah, dengan dibantu pacarku, Dodi, kami membuntuti Santi pulang ke rumahnya. Sesampainya Santi di teras rumahnya, dia sudah disambut tamparan keras Ayahnya. Saking kagetnya aku teriak tanpa mengeluarkan suara. Tapi, untung saja aku sudah merekam kejadian itu dengan hape-ku.
Keesokan harinya, aku kembali membuntuti Santi dengan dibonceng Dodi. Dan lagi-lagi kami melihat kejadian yang sama, tapi kali ini dia ditampar di dalam rumah ketika dia masuk ke dalam rumah. Untung saja pintu rumahnya belum sempat ditutup sehingga aku bisa merekamnya.
Setelah enam hari kami mengikuti Santi, hanya satu kali dia tidak mendapatkan tamparan keras sepulang sekolah dari Ayahnya, yaitu saat Ayahnya tidak berada di rumah. Keesokan harinya, hari Minggu, aku mengirimkan video rekaman itu dan sepucuk surat bersamanya ke kantor polisi. Di dalam surat itu aku menjelaskan bahwa aku adalah teman dari korban yang sering dianiaya oleh Ayahnya itu dan aku meminta tolong agar Ayah temanku itu ditangkap agar temanku terbebas darinya. Tidak lupa aku memberitahukan alamat Santi. Selang beberapa jam, petugas kepolisian pun datang ke rumah Santi. Aku yang sudah menunggu diseberang jalan bersama Dodi melihat penangkapan itu. Dan aku sangat lega akhirnya Santi terbebas dari Ayahnya.
4 September 2010
Jenny - Rambut - Ayah
Jenny dulunya anak yang cantik, periang, dan ceria. Tapi kini dia terlihat pucat dengan tubuhnya yang sangat kurus. Rambutnya yang dulu indah, panjang, dan lebat, kini mulai rontok dan terlihat sangat tipis. Dua tahun yang lalu, setelah dia didiagnosis mengidap leukemia stadium II, hidupnya mulai berubah. Dari jarang masuk sekolah hingga perubahan bentuk tubuhnya. Waktu terus berlalu hingga akhirnya dia lulus SMA. Tapi sayangnya, dia harus melanjutkan hidupnya di Rumah Sakit Prosalina, bukannya di kampus seperti teman-temannya. Walaupun begitu, dia beruntung karena masih ada seseorang yang sampai saat ini terus menyemangatinya, tentu saja selain ibunya, dia adalah Rinto, pacar Jenny.
Pada suatu malam, seperti biasanya Rinto menjenguk Jenny di Rumah Sakit. Tapi ada yang berbeda kali ini, pakaian Rinto tidak seperti biasanya, kali ini dia memakai jas dan terlihat sangat rapi. Dia juga membawa sebuah bungkusan. Sesampainya di kamar Jenny, Rinto memberikan bungkusan itu pada Jenny dan menyuruhnya memakai gaun yang ada di dalam bungkusan itu. Tanpa berkata apa-apa, Jenny menuruti apa yang dikatakan Rinto. Setelah itu, mereka pun berangkat ke Restoran Dane menggunakan mobil yang dipake Rinto ketika dia datang.
Sesampainya disana, mereka masuk dan menikmati hidangannya. Ketika tiba saat makanan penutup, Jenny kaget karena didalam cake-nya dia menemukan sebuah cincin.
Jenny: “Apa ini?”
Rinto: “Cincin untukmu. Aku sangat mencintaimu Jen. Aku ingin kamu jadi istriku. Maukah kamu menikah denganku?”
Jenny: “Aku juga mencintaimu Rinto, selalu. Kamu tahu itu. Tapi aku tidak mungkin menjadi istrimu. Aku tidak mau menyusahkanmu karena hidupku tidak lama lagi.”
Rinto: “Jen, hanya Tuhan yang tahu kapan ajal akan menjemput kita. Kita hanya bisa menerimanya tapi kita tidak boleh berputus asa. Kita harus tetap berjuang dan percaya.”
Jenny: “Ya, benar. Tapi kamu tahu aku tidak mungkin bisa memberimu keturunan karena aku yakin waktuku akan segera tiba. Dan kalaupun aku bisa memberimu anak, aku tidak mau anakku nanti akan menderita sepertiku. Ini penyakit yang diturunkan dari Ayahku. Maka dari itu aku tidak mau anakku nanti mengalaminya juga. Oleh karena itu, aku tidak bisa menikah denganmu. Maafkan aku. Tapi kumohon kita jangan membicarakan hal ini lagi. Dan sebaiknya sekarang aku kembali ke rumah sakit.”
Saat Jenny bangkit dari tempat duduknya, tiba-tiba Jenny terjatuh. Seketika itu pula Rinto bangkit dari tempat duduknya dan langsung membopong Jenny ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit. Sesampainya disana, Jenny langsung dilarikan ke UGD. Tapi sayangnya, 5 menit kemudian dokter keluar dan mengatakan bahwa Jenny telah tiada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar