KEBUN BELAKANG
16 September 2010
Embun pagi mengusik wangi kembang
Mengurai dan menyaksikan kelembutan sutra
Sedang hati kian lemah tak berdaya
Meneruak lingkaran kesadaran
Ingat akan kawan dan cinta
Andai waktu dapat terhenti
Akan aku hapus warnamu dihatinya
Agar aku tak seperti Dasamuka
Kawan maaf tak cukup sebagai kata
Kata tak cukup untuk laramu
Karena ku ambil separuh hatinya milikkmu
Kau adalah taman bunga halaman istana
Tempat singgah pangeran dari singga sana
Sedang aku adalah kebun belakang
Yang hanya disinggahi bila jenuh akan semua
Namun kawan
Bila engkau tak sudi
Maaf aku takkan mengembalikannya
26 September 2010
SERATUS MENIT
Bagaikan ditaman surga, wangi bunga harumkan hati dan pancarkan warna pelangi disudut mata. Itulah yang dirasakan Wulan ketika menemukan cintanya.
Wulan adalah seorang mahasiswi jurusan Sastra Inggris di Universitas ternama di Jember. Dia juga aktif di UKM kesenian yang membuatnya bertemu dengan pujaan hatinya.
Kring…ring…ring…
“hah sudah jam 8.30, 20 menit lagi kuliah”.
Wulan tergesa-gesa menuju kamar mandi. 10 menit kemudian dia sudah berlari menuju kampus. Sesampainya disana Wulan duduk dikursi paling belakang dan mulai mendengarkan dosen sejarah. Penjelasan dosen itu membuat Wulan mengintip sejarah hidupnya.
Tahun 2008 adalah tahun dimana Wulan menjadi mahasiswa baru. Dia adalah gadis lulusan pesantren yang jarang sekali berkeliaran didunia luar.
Satu hari sebelum ospek Universitas, Wulan bersama kakaknya dan dibantu seorang pemuda mencari kos-kosan. Tidak jauh dari kampus disanalah ia tinggal. Akan tetapi selain tak tahu dunia luar Wulan juga sangat sulit menghafal jalan. Sepulang dari ospek, Wulan bagai burung kecil kehilangan induknya. Ditengah-tengah kebingungan ada seorang pria yang tak asing lagi baginya.
“dari mana mbak? Dan mau kemana?”
“em…anu mas kosanku dimana yah?”
“oh… depan belok kanan mbak, mari saya antar”
Akhirnya Wulan diantar mas Heru, pria yang pernah mengantar dia dan kakaknya mencari kos-kosan.
“heh Lan jangan ngelamun aja, kuliah udah selesai nih”
Tiba-tiba saja Suci membuyarkan lamunannya.
“Ayo Lan entar lagi kita adakuliah”
“mau kemana?”
“ya kekantin lah” akhirnya mereka berdua berjalan menuju kantin.
Jam 10.40 mereka ada kuliah lagi.
“sebagai mahasiswa kalian jangan hanya bergantung pada kuliah tapi soft skill juga, seperti ikut UKM-UKM yang ada di Fakultas ini”
Nasihat seorang dosen membuat Wulan terngiang akan dirinya.
Siang terselimuti malam begitu juga sebaliknya. Wulan mencicipi tempat biasanya mahasiswa berkarya. Disanalah Wulan bersama maha karya. Di UKM kesenian.
Disetiap penerimaan anggota baru pastilah ada kegiatan yang dinamakan diklat. Wulan bersama ke 13 calon anggota baru lainnya membawa semangat baru menginjakkan kaki disebuah tempat yang terdengar gemericik airnya, bisik dedaunan, dan nyanyian burung yang tak terkalahkan oleh hujan.
Wulan dan teman-temannya diging panitia menuju tenda tempat dimana muncul persaudaraan, suka duka, menyamakan ideologi dan memeras otak.
Bermacam-macam watak disana. Ada yang seperti burung rajawali, putri malu, dan kapas yang lembut. Begitu juga dengan panitia yang terlihat dan memang mengagumkan. Wulan hanya memperhatikan panitia yang menurutnya berpengaruh.
Mas Trian, begitu Wulan memanggilnya. Orang yang sangat berpengaruh, dengan kata-kata yang tak mudah ditelan, berpengetahuan luas dan selalu memeras otak bila berbicara dengannya.
Mas Basri yang penuh kesabaran dan embak Tiah yang bisa membuat bulu roma merinding karena kegarangannya.
Semua pemateripun berbagi dengan suka. Seperti mas Hari yang bak lautan ilmu yang membuat Wulan terkagum-kagum. Akan tetapi semua tak seindah sutra. Seorang pemateri yanga awalnya baik-baik saja membuat Wulan jengkel.
Ketika para calon anggota baru telah selesai menerima materi, mereka ditanya oleh panitia apa yang mereka dapatkan dan siapa nama yang memberikan. Mereka setengah ingat setengah lupa. Tiba-tiba saja mas Andy, orang yang sebelumnya adalah pemberi materi muncul dan membuang semua handout yang ada sembari berkata:
“saya kecewa, jangankan materi yang diberikan, nama pematerinyapun sudah lupa”.
Dalam hati Wulan mengutuk orang itu.
“Lan jangan bengong kuliah udah selesai tuh, oh iya kemarin kamu beli pulsa kan?” Nisa memotong lamunannya.
“oh ya ini uangnya, makasih ya”
Dari kejauhan Anwar dan Gynul datang membawa kabar bahwa ada lomba baca puisi tingkat Universitas. Wulan tersenyum, pikirannya melayang diangkasa.
Waktu telah termakan oleh zaman, Wulan sudah menikmati masa-masa menjadi mahasiswi dan anggota baru UKM kesenian yaitu bidang puisi, karena sejak dulu dia sangat menyukainya.
Pada suatu ketika, Wulan bersama satu orang temannya terpilih untuk mengikuti lomba baca puisi di Surabaya.
Didampingi oleh 4 orang senior akhirnya pagi-pagi buta mereka berangkat naik kereta.
Sebelumnya mereka diberi kabar oleh ketua umum UKM bahwa mereka akan menginap di rumah salah satu alumni.
Sesampainya ditempat mereka mendaftar ulanglalu beristirahat dimusola. Ditengah istirahat, tiba-tiba saja ada yang menjemput mereka. Seorang laki-laki bersepeda motor dan memakai hel. Wulan tak begitu memperhatikannya. Mereka berjabat tangan kemudian laki-laki itu menunjukkan angkot yang menuju rumahnya.
Sekitar jam dua sore mereka sampai dirumah mungil dan bermakna. Setelah laki-laki itu membuka helm barulah Wulan sadar bahwa dia adalah Andy seorang alumni yang telah membuatnya jengkel. Namun Wulan sadar diri, dia berusaha tak menunjukkan rasa jengkelnya. Andy adalah. Dia sudah berusia 28 tahun dan bekerja di perusahaan alat-alat kesehatan ternama di Surabaya.
Pada jam tujuh malam mereka bersiap-siap menuju tempat lomba. Sampai detik itupun tak ada tegur sapa anatara Wulan dan Andy. Wulan mendapat nomor urut 64. tiba-tiba saja andy bertanya pada Wulan.
“Wulan orang mana?”
“em… Lumajang mas”
“oh… saya pikir orang Suraba kebarat”. Lalu semua diam.
Semua tak sesuai harapan. Sampai jam 3 pagi mereka menunggu pengumuman namun tak ada yang menang. Ditengah perjalanan pulang Wulan selalu murung. Untuk menghibur, Andy membelikan mereka nasi goreng. Sesampai dirumah Andy, mereka makan bersama kemudian tertidur pulas.
“hah… charger ku mana?” tanya Wulan
Ternyata semua tak ada yang tahu.
“coba kamu tanya mas Andy, tapi dia udah berangkat kerja tadi jam 7.30 dia gak pamit ma kita karena kita masih tidur, kamu sms aja, ini nomor HP nya” jawab salah satu temannya.
Askm. Mz ne Wulan, mz tw charger q gak?
Oh… aq kurang tw dek, cb km liad d atas kulkas, td kuliad ada charger dsn
Wulan menuju ke lantai satu tempat kulkas berada. Ternyata chargernya memang ada di atas kulkas.
Mereka beranjak d ari rumah Andy sekitar jam 10 siang. Tapi sebelum menuju Jember mereka jalan-jalan ke Tunjungan Plasa. Karena kecapekan mereka duduk dibawah pajangan baju.
“maaf mas mbak, dilarang duduk disini” tegur seorang satpam.
Dengan terbahak-bahak mereka meninggalkan plasa.
Dalam perjalanan pulang Wulan bercerita dengan Andy melalui SMS. Dan ada satu hal yang membuat Wulan kaget.
Dikamarku ada baju cewek warna ungu
Wulan baru menyadari bahwa bajunya tertinggal dirumah Andy.
Mz ntar diklat 2009 datang kan?
Tlg bw baju q yah!
Semenjak saat itu mereka selalu bertukar cerita.
Semakin dekat dan semakin dekat. Wulan tak sengaja memperhatikan nomor HP Andy yang bila dijumlah ternyata adalah tanggal lahir Wulan 081231163630 artinya 23 tanggal lahirnya, 11 bulan lahirnya, 6+3 = 9 6+3 = 9 jadi 23-11-1990.
Wulan kemudian menceritakan hal itu pada Andy dan membuat mereka semakin dekat.
Tanpa disadari semua mulai berubah. Siang tak lengkap tanpa Andy, malampun terasa kurang bila Wulan tak ada. Andy yang dary awal menaruh simpati, akhirnya mengatakan perasaannya pada Wulan.
Wulan sebenarnya masih berstatus menjadi milik orang. Akan tetapi orang itu sudah lama menghilang tanpa kabar. Lalu dengan tekad bulat Wulan menghubunginya dan memutuskan hubungan mereka.
Pada tanggal 14 Februari Wulan menerima Andy sepenuhnya. Wulan sangat menyayangi Andy walau jarak usia mereka jauh dan sering menjadi bahan ejekan.
“heh ayo kita ke ruang 11, kalo telat bisa-bisa dapet nilai Z kita”
Celetuk Suci membuat Wulan bangun dari kenangannya.
Wulan dengan sigap mengikuti temannya sambil berlari. Ditengah-tengah langkahnya hatinya berkata;
“usia tak pernah menjadi penghalang dan ketika membicarakan cinta tak pernah ada kata terlambat”
- DESKRIPSI KARAKTER
27 September 2010
Lelaki yang sedang duduk bersamaku ini adalah seorang yang sangat terpandang. Tak ada yang perlu diragukan lagi. Tatapan matanya tajam, berperangai lembut, dan tak gentar dengan tantangan.
Apalagi ketika aku berada dalam didalam pelukannya, dada bidang penuh kasih sayang membuat emosiku runtuh seketika. Senyuman bibir coklat yang bau asap selalu menjadi kekuatan dalam nafasku.
Sahabatku selalu membicarakannya! Yah memang dia menawan, tinggi jangkung, berkulit kuning langsat dan smart. Tak ada yang tahu dia adalah selingkuhanku.
· MENGEMBANGKAN 3 KATA
04 Oktober 2010
“Mas besok waktunya periksa ke dokter”
“Iya, mas ingat kok, uangnya juga sudah ada”
Itulah sekelumit percakapan yang sering terjadi diantara aku dan suamiku. Aku adalah wanita yang beruntung dalam cinta, suamiku tampan, penyayang dan bertanggungjawab. Namun aku tak beruntung dalam hal jasmani dan materi. Penyakit yang membelengguku dalam kehampaan terasa pahit. Yah dia bernama kanker rahim. Sedangkan aku dan suamiku tak punya cukup uang untuk mengoprasinya.
“dari mana mas dapatkan uang ini”
“sudahlah, jangan tanyakan hal itu lagi, yang penting kamu bisa berobat”
Akhirnya aku tak pernah menanyakan hal itu lagi. Karena aku menghargai kerja keras suamiku. Hingga pada suatu hari aku memergoki suamiku bersama seorang wanita yang terlihat sangat elegan.
“em…sayang kenalkan ini bos ku”
Aku berjabat tangan dengan wanita itu, lalu dia pergi dan aku sudah melupakannya.
Hari-hari kami berjalan seperti biasa. Tapi ini memang aneh, samapai detik ini aku tak pernah tahu apa pekerjaan suamiku, aku terlalu malu dengan diriku sendiri yang hanya bersemayam dengan penyakitku dirumah. Sedangkan suamiku selalu ada untukku. Tak pantas rasanya bila aku bertanya. Aku takut hanya menambah beban saja.
Untuk mengobati rasa bosan, setiap hari aku jalan-jalan ditengah-tengah kota. Disana aku dapat melihat semuanya.
Hingga pada suatu ketika disaat aku mengelilingi tengah kota, tiba-tiba saja ada kerumunan yang membuatku tertarik untuk melihatnya. Ternyata ditengah-tengah kerumunan ada laki-laki yang tak asing bagiku, dia berlumuran darah tak berdaya, sedangkan beberapa terus saja memukulinya. Yah dia adalah suamiku. Aku ingin menolongnya namun tiba-tiba keaadaan menjadi gelap.
Perlahan aku membuka mata, kulihat disekitar berbeda. Dimana kerumunan itu? Dimana suamiku?. Aku hanya melihat seorang pria yang sangat asing bagiku. Sebelum aku bertanya dia memperkenalkan diri dan mulai bercerita.
“maaf embak, saya Rivan teman suami embak”
“dimana dia sekarang”
“embak yang sabar yah”
“tidak……….”
Yah jika ku ingat ceritanya tentang suamiku. Dia sangat mencintaiku, dia lakukan apa saja untuk penyakitku ini. Melayani tante-tante bahkan mencuri sekalipun ia lakukan hingga merenggut nyawanya.
Setiap orang menganggap pencuri itu bersalah dan harus dipukuli, mereka tak tahu jika setiap pencuri pasti berbeda keadaannya. Kenapa mereka diam saja pada pencuri uang negara. Kenapa mereka tak memukuli para koruptor itu?. Sedang suamiku lakukan itu hanya untuk istrinya yang lemah ini.
11 September 2010
SEBUAH GUCI PINK
Pada masa kejayaan ratu peri, tiba-tiba saja ada sekelompok ratu kegelapan ingin merebut kejayaannya. Sedangkan ratu peri pernah berjanji bahwa tak akan pernah bertarung lagi. Demi keselamatan rakyatnya maka sang ratu mengubah rakyat dan istananya menjadi kecil sehingga muat didalam sebuah guci berwarna pink. Selama ratusan tahun tak ada yang menemukan guci itu, sedangkan peri jahat selalu mengincarnya. Hingga pada suatu hari seorang peneliti sedang mengamati bunga bangkai yang terletak dipuncak gunung menemukannya. Dia membawa guci tua itu.
Sepeninggal sang peneliti, akhirnya semua barang-barang miliknya dimuseumkan oleh keluarganya. Dan museum itu sangat terkenal dengan barang-barang yang menakjubkan. Semua orang berdatangan untuk menyaksikan, kecuali guci pink yang terletak disudut ruang museum tak ada yang tertari padanya.
Pagi yang cerah seorang ibu hamil sedang menunggu suaminya.
“kring…kring…kring”
“halo”
“maaf mah, papa agak telat, tadi masih ada tamu, ini masih ada dijalan menuju rumah”
“ya pah, yang penting kita jadi ke museum Prof. Maecal, mama udah ngidam banget”
“ya mah, tunggu papa”
Satu jam kemudian pasangan suami istri itu sudah sampai dimuseum. Saat pertama menginjakkan kaki, sang istri sudah tertarik pada guci pink yang sudah tua itu.
“ratu, ada manusia hamil mendekati tempat kita”
“ya, inilah saatnya kita menyelamatkan diri”
Ratu peri kemudian mengambil sebuah kunci dari dalam dirinya dan perlahan terbang menuju perut sang wanita hamil.
“pah, sepertinya bayi kita juga suka dengan guci ini, dia nendang-nendang terus, perut mama sampai terasa sakit”
“kalau begitu ayo kita pulang saja, sudah satu jam kita disini tapi mama hanya memandangi guci itu”
“mama suka pah, ya baiklah ayo kita pulang”
Waktu berjalan berjalan begitu saja. Tiba pada saat wanita itu melahirkan seorang bayi mungil, cantik tak ada cacat sedikitpun. Tapi ibunya terkejut ketika melihat tanda berkilau ditengkuk bayinya. Tanda itu berbentuk guci.
ditengah rasa bingungnya, muncullah peri cantik. Sang Peri berkata pada wanita itu, bahwa kelak putrinya akan menyelamatkan dunia peri. Namun wanita itu harus berhati-hati karena nyawa anaknya terancam oleh ratu jahat yang berupa kucing raksasa.
Tengah malam ketika semua terlelap, tiba-tiba saja dia mendengar bayinya menangis. Ternyata ada kucing hitam raksasa yang mendekati anaknya. Tapi ketika sang wanita berteriak kucing itu lenyap.
Tak terasa usia bayi itu kini sudah mencapai16 tahun. Dia tumbuh cerdas dan tangkas. Pinkanacelain, semua orang memanggilnya Pink. Kehidupan mereka berjalan dengan indah. Ayah dan ibu pink sangat menyayanginya.
Hingga pada suatu hari, ketika dia pulang dari sekolah, dia melihat ibunya berlumuran darah tak bernafas lagi dan disampinya ada kucing hitam. Berawal dari sanalah kebahagiaan hidupnya mulai terusik.
Lima bulan sepeninggal ibunya. Tiba-tiba papanya membawa seorang wanita yang akan menjadi penggati mamanya. Mula-mula Pink senang dengan wanita itu karena ia sangat baik. Tapi anehnya saat kehadiran wanita itu, setiap malam Pink selalu dihantui oleh kucing raksasa hitam yang ingin membunuhnya.
Akan tetapi pada saat Pink merindukan mamanya, dia ingin melihat barang-barang mamanya digudang. Didalam gudang ia menemukan sebuah buku yang ia yakini itu adalah buku yang selama ini dirahasiakan oleh mamanya. Dulu sewaktu mamanya masih hidup, pink selalu dilarang ketika ia ingin membaca buku itu. Ibunya selalu berkata “suatu saat kau pasti akan mengetahuinya Pink”.
Perlahan ia membuka buku itu, ia cermati ternyata isinya adalah tentang kisah masa kecinya dulu. Ketika ia membuka halaman berikutnya barulah dia menyadari siapa dirinya dan apa arti dari tanda guci ditengkuknya.
Pink mulai mengetahui bahwa ibunya telah dibunuh oleh kucing raksasa yang pada saat kematiannya kucing itu berwujud kecil dan ada disamping ibunya. Ditengah pink membaca buku, dia merasa ada seseorang dibelakangnya. Ketika dia menoleh ternyata ada seekor kucing hitam raksasa yang berkepala wanita calon mama barunya.
Pink berusaha melarikan diri. Dia berlari menuju museum yang ditulis dalam diari mamanya. Sementara kucing itu terus mengejarnya. Sesampai di museum Pink menuju ke arah guci pink tempat ratu peri berada. Pada saat yang sama ternyata kucing raksasa itu telah barada disana dengan mencekik papanya. Dia mengancam jika Pink melangkah menuju guci itu, maka dia akan membunuh papanya.
Pink gemetar melihat semua itu. Tapi dia punya akal. Disebelah tangan kanannya ia melihat sebuah mug yang berisi dengan abu. Akhirnya ia melemparkan mug itu ke arah kucing, sembari ia berlari menuju guci dan mencium guci itu.
Setelah Pink mencium guci itu, tanda ditengkuknya menjadi sebuah pedang yang kemudian ia tusukkan kepada kucing itu. Dengan serta merta kucing itu hancur seketika.
Dengan begitu bebaslah sudah negeri peri. Sang peri berterima kasih kepada Pink, sebagai balasan dia menyembuhkan papa Pink.
Setelah papa Pink sadar keadaan kembali normal. Papa Pink seperti orang yang kebingungan. Pink bersikap seolah tak ada apa-apa. Dia menjelaskan bahwa papanya tertidur di museum ketika Pink sedang melihat-lihat disana. Ajaibnya lagi papa Pink sudah tak ingat wanita yang dulu pernah ia bawa karena pengaruh sihirnya sudah hilang.
Kehidupan mereka kembali normal dan bahagia. Sepulang dari museum mereka berkunjung ke makam mamanya. Disana Pink melihat mamanya bersama peri tersenyum padanya.
· NON FIKSI 18 September 2010
POTRET KEHIDUPAN
Jarak tempuh antara Jember-Lumajang dengan mengendarai bus berkisar 1-2 jam. Tetapi begitu banyak potret-potret kehidupan dari sebagian kecil yang ada di Indonesia.
Jika disekitar kampus banyak pengemis yang meminta-minta dengan penampilan kumuh namun kadang menipu. Didalam bus kita akan menemukan potret-potret kehidupan yang lain.
Dari terminal Tawang Alun terkadanng bus sudah penuh dengan penumpang. Tunggu sampai bus melaju 10 menit atau 15 menit maka akan ada segerombolan pemuda membawa gitar. Mereka bernyanyi dan kemudian meminta penghargaan atas nyanyian mereka pada para penumpang. Sulit untuk mengetahui apakah mereka ngamen terpaksa karena sulit mencari pekerjaan, hobi, atau memang karena mereka malas dan ngamenlah cara yang paling mudah untuk mendapatkan uang.
Selain pengamen disana juga ada para peminta amal, mereka dengan cara yang sopan meminta sumbangan atas dasar pendidikan atau agama. Yah sekali lagi kita temukan kata meminta disini.
Tapi tengan saja, bukan hanya peminta yang akan kita temukan. Ada para penjual asongan disana yang kadang mengambil untung jauh dari harga asal. Disini dapat kita telaah bahwa mereka dapat untung besar namun tidak berjalan tetap.
Gambaran lainnya adalah didalam bus tak ada perbedaan antara kelas atas, menengah dan bawah. Semua tarif dan tempat duduknyapun sama. Kecuali untuk menghargai jasa mereka contohnya para TNI, Siswa dan Guru.
Dari potret-potret diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia tidak asing dengan kata “meminta” demikian dan untung besar yang bersifat sementara. Bahkan generasi mudapun juga. Sukar untuk menentukan apakah ini kedaan sebenarnya sehingga membuat mereka meminta-minta. Ataukah karena mereka malas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar