Minggu, 14 November 2010

Karya Resty Dyah


Love for a Friend, Friends are in Love
20 September 2010
Cinta memanggil dalam desahan angin
Menyapa lembut dengan sentuhan hangat
Dan memberi seberkas harapan indah
Tentang sebuah kebahagiaan yang abadi
            Ia hadir dalam kesederhanaan
            Dalam ruang yang tiada batas
            Yang mampu menggetarkan jiwa
            Yang telah lama tak bergelora
Namun cinta bias menyakitkan
Dan membuat hati menjadi pilu
Ketika cinta dianggap salah
Dan tak bias saling memiliki
            Cinta juga membutakan hati
            Membuat hati tak lagi suci
            Disaat ketulusan cinta
            Ternodai oleh sebuah pengkhianatan
Ia menjadi tak lagi murni
Tak lagi agung dengan segala kesuciannya
Karna ego dan nafsu dalam jiwa
Hingga mampu mengkhianati cinta yang putih
            Obat penawar bagi hati
            Atas segala rasa sakit mencintai
            Adalah sahabat sejati
            Yang selalu hadir tuk menemani
Sahabat dalam duka
Yang mampu mengobati luka karna cinta
Sahabat dalam suka
Yang mau berbagi dalam setiap keindahan cinta
            Karna persahabatan tak lebih hebat
            Tanpa dilandasi sebuah cinta
Dan tak lebih indah
Jika tanpa adanya ketulusan
Cinta dan sahabat satu adanya
Saling memiliki
Saling berbagi
Walau terhalang batu karang

Comment: Good enough, not bad ( Ayu Sekarini )

Yesterday is a history, today is a gift, and tomorrow is a mystery
27 September 2010
            Pagi ini sinar matahai begitu hangat menyapaku. Membelai lembut diriku yang masih terlelap dengan sinarnya. Sehingga aku terbangun dari mimpi-mimpi indahku. Seutas senyum mengembang. Saat aku mendengar lantunan merdu nyanyian alam dari burung-burung gereja yang sedang bernyanyi dan bersahut-sahutan untuk menyambut datangnya pagi. Bunga matahari di halaman pun tak mau kalah, dengan lantangnya ia mengahadap sang mentari dan mempersembahkan sebuah senyuman manis lewat kelopaknya yang cantik.
            Pagi ini memberiku semangat baru. Mentari pagi telah menyingkirkan kegalauan dalam hati. Meski hanya untuk sementara namun setidaknya aku sedikit merasa terhibur. Setelah semalam aku kembali teringat akan cintaku yang tak pernah bias ku miliki. Saat aku terhempas ke dalam ruang yang begitu menghimpitku. Walupun saat itu hatiku bergelora, ketika cinta dating menyapaku dan bunga-bunga daisy bermekaran begitu indah dalam taman hatiku.
            Entah mengapa semalam tiba-tiba aku merindukan sosoknya. Teringat betapa aku sangat berharap ia meraih uluran cintaku. Berharap ia bersedia untuk menggenggam hatiku dang hatinya. Seketika itu pula ribuan pisau tajam dating menyerbu dan menyayat hatiku. Kurasakan sakit yang tak terperi dalam hatiku. Tanpa kau sadarai air mataku menetes. Aku ingin mengahpus jejaknya dalam hidupku. Aku tak ingin lagi ingin merasai sakit itu.
            Karena hatiku telah bangkit dan tak lagi mati. Setelah aku menemukan cinta kembali hangat menyapaku. Hari ini benar-benar penuh dengan kejutan. Aku mendapati sosok hangat yang tak saing bagiku kembali hadir dan menyapa hangta hatiku dengan sentuhan cintanya. Dialah yang menyembuhkan luka dalam hatiku meski terkadang aku masih teringat pada bayangan yang tak pernah meraih cintaku.
            Setidaknya jejak itu sedikit demi sedikit terhapus dari memoriku. Karena sekarang memoriku hanya akan terisi oleh setiap kenanganku bersamnya yang tak akan pernah lekang oleh waktu

Comment:
-          Konflik cukup bagus. Karena konflik mengenai perasaan/ hati seseorang, maka orang lain pun mungkin sulit untuk merasakan hal yang sama
-          Pendeskripsian konflik sangat bagus. Karena pembaca bias terbawa suasana seakan mengalami sendiri konflik tersebut. (Gresty)


RIO
27 September 2010
            Rio adalah sosok sahabat yang selalu setia dan selalu hadir disaat aku sedang gundah maupun bahagia. Dia adalah sosok pria popular di kampus. Hal itu wajar sebab dia adalah pria berbadan tegap dengan ukuran tubuh dan tingi yang proporsional. Hal ini karna dia rajin berolahraga. Parasnaya yang tampan dengan bentuk mata yang tajam semakin membuatnya terlihat menarik. Tak hanya itu, hidungnya yang lumayan mancung, karna orang tuanya memang keturunan dari warga London, semakin menambah nilai plus penampilannya di mata para gadis-gadis. Selain itu gaya berpakaian seorang Rio dan tatanan rambutnya yang selalu update membuat ia selalu terlihat modis dan membuat para gadis ingin memilikinya. Tak jarang mereka terlihat marah dan cemburu saat aku berjalan dengan Rio, Sahabat sejatiku.



 
Ranger Cilik
11 Oktober 2010
Kisah ini berawal saat Boby, bocah laki-laki yang berumur 6 tahun, masih duduk dibangku TK. Dia gemar sekali melihat acara superhero baik di tv maupun di film. Oleh karena itu, dia tidak pernah lupa jadwal tayang acara kesukaanya, yakni power ragers. Boby akan duduk manis dan memperhatikan dengan seksama di depan tv jika acara kesayangannya tersebut mulai.
“ciaaaaat, Power ranger merah berubah!!!” ujar Boby menirukan gaya superhero pujaanya.
Orang tua Boby yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala. Mereka sudah hafal betul dengan kebiasaan anaknya tersebut. Kedua orangtua Boby tidak pernah mempermasalahkan hobby anaknya tersebut. Selama Boby tidak pernah lupa untuk makan da belajar. Jika sudah saatnya untuk Boby makan, ibunya yang akan menyuapinya makan dan Boby tidak pernah rewel. Lain halnya dengan belajar, Boby bisa belajar dengan penuh konsentrasi karena pada jam ia belajar, serial superhero kesayangannya di tv sudah habis. Itulah sebabnya prestasi Boby di sekolah tidak pernah menurun.
Suatu malam, saat Boby hendak istirahat karena hari sudah malam. Dia menyempatkan diri untuk berdoa.
“ya Tuhan, aku ingin sekali menjadi superhero, seperti kakak-kakak power rangers itu. Aku ingin bisa seperti mereka, agar aku bisa menjaga dan melindungi kedua orangtuaku. Amien!”
Setelah selesai beroda, iapun langsung beranjak tidur. Agar besok ia tidak bangun kesiangan dan terlambat masuk sekolah. Namun, tiba-tiba selang beberapa menit setelah Boby benar-benar tertidur pulas. Ada sekumpulan cahya yang semula kecil lalu lama-lama berubah menjadi sosok gadis cantik memakai baju yang sangat indah dengan taburan-taburan cahaya bintang. Di punggungnya terlihat sepasang sayap yang mungil berwarna perak bening. Dia juga memegang sebuah tongkat kecil. Ujung tongkat tersebut berbentuk bulan sabit dengan 6 batu permata yang berjejer menghiasi bulan sabit itu. Mungkin ke 6 batu permata itu adalah bintang yang mengelilingi sang bulan sabit.
Tampakya dia adalah seorang peri yang selama ini menemani Boby dikamarnya. Peri cantik tersebut mendengar doa Boby tadi. Peri itu tersenyum lembut melihat Boby tidur dengan nyenyak.
“kamu begitu yakin saat kamu memanjatkan doa-doa tadi. Seperti kamu tau dengan jelas apa tujuanmu dalam doa tersebut. Kamu memang anak usia 6 tahun yang polos, tapi sudah mulai belajar tanggung jawab.” Ujar peri itu kagum.
“karena itu aku akan memberimu sebuah hadiah yang sangat kamu inginkan. Akan ku kabulkan doa-doamu.”lanjut peri itu.
Kemudian pri ersebut mengayunkan tongkatnya dengan perlahan. Tiba-tiba seberkas sinar muncul dari tongkat mungil itu. Tak lama setelah itu tongkat yang dipenuhi oleh sinar-sinar indah itu diarahkan ke tubuh Boby. Sehingga sinar tersebut seakan-akan merasuk kedalam tubuh Boby.
Boby yang masih terlelap dalam tidurnya, tidak menyadari apa yang baru saja terjadi. Dia masih asyik bermain-main di dunia mimpinya. Dan mungkin saja dia sedang bermimpi menjadi seorang ranger cilik dengan segala kepolosan dan keberaniannya.
Peri tadi telah hilang. Dia telah kembali menjadi sosok yang tak nyata. Menjadi seberkas cahaya yang memudar dan lalu menghilang.
Keesokan harinya, Boby mendapati dirinya dalam keadaan yang berbeda. Dia bertransformasi menjadi sosok ranger berkostum merah. Pahlawan idolanya. Badannya pun tak lagi seperti anak yang berusia 6 tahun. Melainkan telah berubah menjadi tubuh tegap, gagah, dan berotot layaknya pria dewasa berumur 20 tahun.
Keadaan di sekelilingnya pun tak lagi sama. Semuanya nampak menjadi asing baginya. Orangtuanya bahkan tidak merasa terkejut dengan perubahan badan Boby yang begitu cepat. Kecuali ranger merah, kedua orang tuanya sama sekali tidak athu tentang hal itu.
Boby  merahasiakannya, takut kedua orang tuanya erkejut dan lebih lagi, jBoby takut ini semua hanya khayalan dirinya saja. Ia berfikir bahwa ia sedang bermimpi. Saat Boby larut dalam kebingungannya, sang peri itu dating dan menjelaskan pada Boby. Meski pada awalnya ia tidak faham dan takut pada kemunculan sang peri. Namun, pada akhirnya Boby mulai memahaminya.
Semenjak saat itulah, Boby menjalankan tugasnya dengan penuh amanat. Dia menolong siapapun yang sedang dalam kesusahan. Dia selalu melindungi orang-orang yang teraniaya dan menumpas segala bentuk kejahatan. Sang peri tidak salah memilih orang ternyata. Karena Boby telah benar-benar menjadi pria yang bertanggung jawab dan baik hati.

Cerpen imajinasi/fiction

Love is….
4 September 2010
“Ren, maukah kamu jadi pedamping hidupku. Seseorang yang selalu ada buat aku dikala aku sedag susah maupun senang?” kata Devon sambil memegang kedua tangan Rena.
“Devon, kamu?!”Rena begitu terkejut saat mendengar Devon mengatakan isi hatiya yang sebenarnya.
“Sudah lama aku menyukaimu, Ren! Tapi, aku selalu tidak punya kesempatan maupun keberanian untuk mengatakan semua ini padamu. Aku menyiapkan segala sesuatunya, termasuk tama ini hanya seupaya kamu terkesan dan bersedia menerimaku.” sambung Devon yang masih menggenggam kedua tangan Rena.
“Tapi, aku fikir cinta dan hatimu bukan untukku. Melainkan untuk Lea. Karma selama ini kamu begtu memperhatikan Lea.”
“Kamu salah Ren! Semua itu aku lakukan juga untuk kamu. Agar aku bisa dekat dengan kamu.”
“Jadi, selama ini cintaku tidak bertepuk sebelah tangan?!” bisik Rena pada dirinya sendiri
“Maksud kamu apa, Ren?” Tanya Devon yang ternyata mendengar Rena.
“Aku juga menyukaimu.” Jawab Rena degan nada yang pelan. Yang kemudian dibalas dengan pelukan hangat Devon.
Namun ternyata dari kejauhan sepasang maa sedang menyaksikan adegan tersebut bahkan tak hanya melihat, ia pun juga mendengar meski sayup-sayup. Namun, ia bias mendengar semuanya dengan jelas. Lea, tanpa sengaja mengetahui semua percakapan Devon dan Rena. Dia berdiri terpaku begitu terkejut dengan apa yang baru saja ia saksikan.
Bagaikan seribu selongsong peluru menyerbu dan merobek hatinya. Dia menangis tapi tanpa suara, hening. Hanya tetesan air mata yang membasahi pipinya. Sebagai isyarat bahwa ia sedang menangis. Harapan indah yang telah ia rajut kini pupus terhempas badai. Keinginan yang ada dalam hatinya telah ternodai oleh sebuah pengkhianatan. Sehingga mengahruskan dirinya untuk mengubur dalam-dalam semua keinginannya.
Devon sosok yang begitu ia cintai. Pria yang begitu berharga baginya, yang selalu temani dirinya kemanapun ia pergi. Telah menghempaskan seluruh angan, cinta, dan kesetiannya begitu saja dalam ruang yang begitu kelam dan hampa. Ternyata cinta yang ia suguhkan tak pernah diraih, walau hanya sedikit. Kesetiaan dihatinya juga tak sedikipun dianggap. Bagaikan angin yang datang dan untuk kemudian pergi begitu saja.
Hatinya telah remuk bagai butiran-butiran pasir. Ia tak lagi sanggup untuk berdiri tegap dan kokoh, sekokoh karang di lautan. Ia pun terjatuh dan terduduk di rerumputan dan dedaunan kering, tempat dimana ia sedari tadi berdiri. Serta beratapkan hujan yang tiba-tiba turun begitu derasnya dan mengguyurnya. Seakan-akan alam merassakn apa yang ia kini sedang rasakan. Hujan pun seperti menghapus airmatanya meski ternya ia masih menangis.
Namun, tiba-tiba sosok pria dating dengan langkag yang sedkit berlari. Pria itu menghampiri Lea dan merangkulnya. Ia mendekap Lea yang basah kuyup dengan jaket tebalnya agar Lea tak kedinginan. Kemudian pria tersebut membawa Lea masuk kedalam mobilnya, yang tak jauh ia parker disekitar taman kota tersebut. Ia adalah Ferdi. Pria yang begitu baik, yang tak pernah berhenti untuk selalu berkorban demi Lea. Agar Lea tak gundah ataupun sedih. Meski sebenarnya, jauh di dalam hatinya ia memendam rasa cinta yang begitu besar pada Lea. Hanya Lea tak pernah menganggapnya atau bahkan ia tak mengetahuinya.
Sesampainya di rumah Lea, Ferdi membantu Lea mengeringkan badannya. A menyiapkan segala sesuatunya untuk Lea. Dari handuk, air hangat untuk Lea mandi, baju ganti, hingga membuatkan Lea secangkir the hangat. Agar Lea merasa hangat. Setelah selesai, Lea nampak termenung. Dia masih sangat terpukul dan sedih. Ferdi pun menghampiri Lea dan menarik Lea kedalam pelukannya.
“Dari awal aku sudah memperingatkan kamu, tentang sifat-sifat Devon yang selalu mempermainkan seorang perempuan.” Kata Ferdi mencoba mengingatkan Lea bahwa jauh sebelum hal ini terjadi, Ferdi selalu memperingatkan Lea untuk tidak terlalu dekat dengan Devon. Namun, tak ada balasan dari Lea. Ia terdiam membisu dengan tatapan mata yang kosong.
“Kau boleh mencintai seseorang, tapi jangan hanya karma kau begirtu mencintainya. Kau malah tidak peduli pada dirimu sendiri. Kau rela melakukan apa saja yang Devon minta meski kenyataanya apa yang kau lakukan tidak sesuai denga hati nuranimu. Aku tau kau begitu mencintainya. Tapi, jika kau harus berubah hanya karna Devon, aku salah Lea. Tak seharusnya kamu menjadi orang lain dan bukannya menjadi dirimu sendiri. Devon pun tak berhak mengubah pribadimu. Jika dia memang tulus mencintaimu, seharusnya dia menerima dirimu apa adanya. Kau juga terlalu berharap padanya. Sehingga saat kau terhempas, kau merasakan sakit yang teramat dalam di hatimu.” Sambung Ferdi yang masih mendekap Lea.
Ferdi teramat sangat sedh melihat Lea, sosok perempuan yang ia sayangi terluka begitu dalam. Karna, seseorang telah mempermainkan hatinya. Dia berusaha dengan sabar untuk menghibur Lea dan menghapus kesedihan di hati Lea. Sampai Lea kembali tersenyum riang seperti dulu kala.
“Aku akan tetap disini, Le! Aku ga akan pergi kemana-mana. Karma aku tahu, kamu membutuhkan aku disini.” Bisik Ferdi sembari membelai lembut rambut Lea yang masih berada dalam pelukannya.
“Dan karna hatiku telah terpaut disini pada hatimu. Untuk mencintaimu sepenuh hatiku. Aku tak pernah bias untuk melangkahkan kakiku dan meninggalkan mu sendiri. Sebab aku tau sutau hari nanti, kau akan meraih cinta yang kusuguhkan padamu dan tak kan pernah kau lepaskan. Meski saat ini  aku harus berjuang dan berkorban begitu besar untuk meraihmu. Sampai aku harus menangis dalam kesendirianku, saat sunyi tiba-tiba dating menyergapku. Aku akan bertahan hingga kau mampu melihat betapa tulus dan dalamnya cintaku padamu. Walau aku harus menunggu ribuan tahun lamanya. Aku akan bersabar menanti dan tak kan pernah lelah untuk terus berusaha………meraih hatimu yang terdalam……” Batin Ferdi. Tanpa sepengetahuan Lea, diluar kendali airmata Ferdi menetes, mengisyaratkan kepedihan yang ada di hatinya. Ferdi menangis.



4 tahun berselang setelah kejadian pahit itu. Kini Lea telah bekerja di sebuah perusahaan swasta besar dan ternama. Dia juga telah kembali menjadi Lea yang selalu ceria. Semua peristiwa pahit itu telah ia kubur dalam-dalam di hatinya. Ia tak mau untuk sedikitpun menoleh kembali ke masa lalunya. Biarlah Devon menjadi bagian terkelam dalam hidupnya. Lea telah menjadi sosok yang lebih tegardaripada sebelumnya.
Sedangkan Ferdi, ia sedang melanjutkan studinya ke luar negeri. Setelah ia mendapat kesempatan dari perusahaan, tempat ia bekerja untuk menempuh pendidikan S2nya. Ia melanjutkan Pedidikan S2 di sebuah Universitas ternama dan terbaik di Amerika Serikat. Dia pun masih mencintai Lea. Cinta dalam hainya masih sama besar dengan yang dulu. Tak sedikitpun usang dimakan waktu. Ia berencana untuk melamar Lea, segera setelah ia pulang dan menyelesaikan studinya. Ia berharap Lea akan menerima lamaranya.
“Hai babe! Sedang apa kamu? Kamu baik-baik saja kan?!” sapa sosok pria dari telepon.
“Hai! Aku sedang banyak kerjaan yang harus aku selesaikan, di kantor. Kamu tenang saja aku baik-baik aja kok! Kamu juga selesaikan kerjaan kamu, yah! Tapi, tetap jaga kesehatan.” Jawab Lea dengan nada mesra. Tampak seutas senyum menghiasi bibir mungilnya.
“Syukurlah, kalau begitu. Jaga diri baik-baik ya, sayang! Semua pekerjaanku sudah hampir selesai. Nanti aku kabari lagi, yah! Love you, bye!” ucap pria tersebut mengakhiri percakapannya dengan Lea.
“Iya, sayang! Aku tunggu kabarnya. Love you, too!bye” balas Lea dengan sinar mata yang berbinar-binar. Sebagai tanda bahwa hatinya sedang bahagia.
Sepertinya Lea telah benar-benar menata kembali kepingan hatinya yang sebelumnya terkoyak. Sehngga ia telah sanggup untuk kembali membuka hatinya bagi orang lai. Cinta itu telah kembali menggetarkan palung terdalam di hatinya. Membuat ia bias merasakan lagi hangatnya sebuah cinta.
Tanpa terasa Ferdi telah menyelesaikan studinya dengan baik. Dia pun telah menyiapkan segala sesuatunya untuk memberi Lea sebuah kejutan. Sebuah cincin cantik telah ia siapkan untuk Lea. Gadis yang begitu ia sayangi semenjak dahulu. Entah apa yang membuatnya tak bisa berpaling ke lain hati. Sepertinya hatinya telah begitu lekat pada Lea seorang.
Malam harinya, setelah ia sampai di Jakarta. Dia menyuruh Lea untuk dating ke tempat mereka biasa menghabiskan waktu pada malam hari. Di sebuah atap gedung, tempat dimana mereka bisa melihat bintang dari dekat. Disana, Ferdi telah menyiapkan 1 meja dengan 2 kursi untuknya dan Lea makan malam. Meja itu dihiasi oleh bunga mawar yang segar serta terdapat sebuah lilin di tengah meja tersebut. Bagaikan candle light dinner bermandikan cahaya bintang dan bulan yang pada malam itu bersinar begitu terang benderang. Disekeliling meja itu, terdapat kelopak bunga mawar yang dibenuk sedemikian rupa mengelilingi eja makan tadi. Ferdi juga tal lupa membawa serta cincin tu. Dia berharap malam ini akan menjadi malam yang akan ia kenang terus selama hidupnya.
“Selama datang, gadisku.” Sambu Ferdi dengan senyum termanisnya dan mengulurkan tangannya.
“Ferdi, kamu?! Kenapa ga bilang sih kalau kamu pulang? Jahat banget deh!” ucap Lea yang sangat terkejut melihat sosok Ferdi berdiri dihadapannya. Namun, dia tidak menyambut uluran tangan Ferdi. Melainkan, Lea langsung memeluk erat Ferdi dengan perasaan campur aduk. Lea begitu merindukan Ferdi. Ferdi pun menyambut pelukan Lea dengan hati yang bahagia.
“Aku merindukan kamu, Ferdi. Meski semuanya terlihat baik-baik saja. Namun, sebenarnya tidak!” bisik Lea yang masih erat mendekap Ferdi.
“Aku juga merindukanmu, saying. Semuanya akan baik-baik saja. Karma aku ga akan pergi jauh lagi. Aku akan menjagamu dan akan selalu ada di dekatmu. Karma akupun sebenarnya tak sanggup untuk jauh darimu.” Bals Ferdi sambil melepas pelukkannya dan mencium lembut kening Lea.
Ternyata sosok pria yang sanggup membuka kembali pintu hati Lea, adalah Ferdi. Seseorang yang selama ini selalu menemani Lea dalam keadaan apapun. Ternyata semua menjadi kenyaaan. Cintanya telah disambut oleh Lea. Semua pengorbanan dan usaha kerasnya membuahkan hasil dan tak sia-sia. Harapan tu telah menjadi kebahagiaan yang senpurna bagi Ferdi. Rasa sakit itu terbayar sudah dengan adaya Lea di sisinya.
“Malam ini aku mau kamu menjadi milikku seutuhnya. Aku harap kamu bersedia menerimanya.” Kata Ferdi sambil mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah yang tak lain isinya adalah sebuah cincin yang ia beli hanya untuk melamar Lea. Ferdi membuka kotak tersebut. Lea yang melihatnya begitu terkejut dan tampak bahagia.
“Maukah kamu enerima cincin ini, seperti kamu yang sudah mau menerima cintaku? Sku harap cincin ini tak perlu menunggu lama, seperti cintaku yang telah lama menunggu untuk kau genggam.” Lanjut Ferdi
“Maaf, karna dulu aku telah sering menyakitimu. Karma membuatmu sudah menunggu terlalu lama. Aku sadar saat kamu jauh dari sisiku, ernyata aku merasa ada sesuatu yang hilang dan sepertinya itu adalah hatiku. Ternyata tanpa sadar kau telah membawa serta hatiku. Karma itu aku takkan lagi menyianyiakan apapun. Dan aku menerima cincin ini seperti aku yang terlah meraih uluran cintamu. Agar aku tak lagi menyesal dan kamu tak lagi harus menungguku lebih lama lagi.” Jawab Lea yang kemudian disambut dengan pelukan dan ciuman hangat Ferdi. Ferdi pun kemudian memakaikan cincin itu ke jari manis Lea.
Bagi Lea dan Ferdi, malam ini adalah malam yang akan mereka ingat sepanjang masa. Malam ii juga merupakan langkah awal bagi mereka berdua untuk menapaki kehidupan yang lebih rumit daripada sebelumnya.
Terkadang cinta itu emang menyakitkan. Namun, tanpa sakit mencintai. Kita tidak akan pernah belajar bagaimana caranya mencintai seseorang dengan baik. Cinta itu tidak pernah salah, hanya cara kita yang salah dalam mencintai seseorang. Cinta tidak menuntut apa-apa, melainkan kesetiaan dan ketulusan.

Pengorbanan, Penantian, dan Kesetiaan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar