Minggu, 14 November 2010

Karya Yuzniar Sufi


Surveyer, Yes I aM…


Siang itu terasa sangat terik sekali,dimana aku harus memakai pekerja sedikit rapi (bak pekerja kantoran), dan juga punggungku terasa seikit pegal-pegal akibat beban berat (isi baju,buku ,alat mandi dan berkas-berkas penting) dalam tas berwarna hitamku yang sudah agak sedikit kusam pada ujung kanannya.

Ya.. suasana kota Surabaya siang itu memang sangat menyengat sekali (berharap aku bisa berada di perkebunan Teh siang itu,ahh.. lupakan!).Sehingga topi yang tak berMerk pun terpaksa aku bawa dari Jember guna menutupi kepala dan wajahku, saat aku berkeliling  ke rumah-rumah warga di waktu siang harinya.

Ya, aku adalah seorang Surveyer.Pencari data tentang Sosial kemasyarakatan yang langsung mencari mangsa data secara langsung  di suatu rukun Tetangga (RT) di dalam Rukun Warga(RW) di suatu desa dan kelurahan. Yah.. pekerjaan ini memang terasa sedikit menyebalkan, dimana aku harus mencari lokasi yang mana aku sendiri bahakan belum pernah menjumpai, dan parahnya lagi, belum pernah mendengar namanya sekalipun.. (tersiksa banget). Eits.. tapi jangan salah, tidak sedikit juga keseruan yang aku dapatkan saat aku bertugas.Dimana aku bisa bertemu pribadi yang berbeda dengan cara mencari makan yang berbeda dan tentunya dengan cara bersikap yang berbeda.

Aku hanya bisa merasa, “Ya Allah, terima Kasih atas pengalaman indah ini”..
















KARAKTER                                                                          (27 September 2010)


Suasana kota Surabayta siang itu sedang diselimuti oleh sinar matahari.Terlihat seorang wanita tua renta mempersiapka perkakasnya untuk berjualan di sebelah kiri jalan, disamping sungai besar dan jembatan.Saat itu, aku sedang menunggu putrinya untuk melakukan wawancara.

Sembari menghangatkan sayur Lodeh yang siap dia jual.Wanita berbaju kumal abu-abu dan memakai sewek yang kusam warnanya itu sesekali mengajak bicara cucunya yang berusia sekitar 7 tahun yang membantunya dalam berjualan sehari-hari.

Rambutnya yang tidak terlalu tebal dan berbaur dengan uban putih, dia kuncir sederhana,seperti ibu kartini yang hendak berangkat mengajar.

Tangan tua rentanya, masih kokoh untuk hanya mengangkat satu ember air penuh ke tempat ia berdagang. Keringatnya yang satu demi satu turun melewati dahinya yang  sudah keriput,serta gaya bicaranya pun masih lantang dan lugas.

Ternyata yang membuatku tercengan sesaat adalah, saat itu aku baru tahu bahwa dia adalah seorang pejuang dan aktifis wanita di zaman kemerdekaan..
” menakjubkan...”

Dan satu pertanyaan yang muncul saat itu dalam benakku adalah...
            ” dimana keperdulian pemerintah terhadap pahlawan ??!!”
Hm....
tanya kenapa...”



















(11 Oktober 2010)

“Cintaku, ada di Otak dan Hatimu”                                                           (FIKSI)



Setelah lulus dari Universitas terkemuka di negeri Kangguru sana, Dr. Utachi berhasrat untuk bisa segera kembali ke negeri yang dulu menjadi tempat dimana ia dipangku dan ditimang oleh ibunda tercintanya. Bendungan rindu seluas samudra Pasifik susah tak mampu lagi ia pendam untuk melihat bunga sakura yang bersemi, onigiri spesial buatan nenek, dan kokoro no tomo atau sang kekasih hati yang telah 4 tahun lamanya dia tinggalkan. Yumeko Suzuka, adalah wanita itu, janda satu anak ini sangat sabar dalam menanti kepulangan suami tercintanya. Ya… dia mengabdi sebagai salah satu perawat senior di rumah sakit Takeo, di salah satu wilayah di Osaka. 15 semenjak lulus dari study keperawatan di Universitas Tokyo, dia mulai menetap dan mengabdi untuk melayani masyarakat di sana.

            Sebagai seorang ibu dengan 1 anak yang amat dia sayangi, Reichan Uzumaki yang masih berusia 3 tahun, suster Suzuka (panggilan akrabnya) sering menghabiskan waktu luangnya dengan kekasihnya yang jauh di seberang sana dengan situs jejaring sosial, yakni Facebook, yang sudah ia geluti dengan suaminya sejak tahun 2007 silam. Ya… walaupun hanya kata-kata yang ia terima di layar kaca HPnya yang bermerk Blackberry itu, dia bisa merasakan belaiana lembut jari-jari kekasihnya, saat mengetik setiap kata di keypad handphonenya. Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dia lalui dengan sabar dan penuh rasa saling percaya, yang merupakan prinsip dari huungan mereka.

            Tidak terasa, di suatu pagi, Suzuka membuka kalender di atas kulkas yang selalu dia jadikan teman setianya di rumah. Wajah girangpun dia pancarkan pagi itu dikala dia menyadari bahwa 7 hari lagi, kekasih tercintanya akan kembali ke pelukannya. Hari demi hari tak terasa dia lewati bersama buah hatinya dengan semerbak, bagai putri khayangan dalam kera sakti

            Dan hari itupun datang. Dandanan rapi, parfum dengan aroma melati seharga 30 yen pun tak lupa dia semprotkan di seluruh tubuhnya. Tiba-tiba handphonenya yang berwarna pink berbunyi, segera wanita berkulit mulus dan berkacamata ini berlari menghampirinya. “Aku sudah berada di bandara, sayang.”, ujar Dr. Utachi. Dengan nafas sedikit tersendat-sendat, dia menjawab,“iya, tunggu 10 menitlagi, Aku dan Reichan akan tiba di sana, syanag”.

            Dengan kecepatan 90 km/jam, dia melajukan mobil sedannya yang berwarna putih, menuju bandara di pusat kota.
            Wajah girang itulah yang terakhir kali dipancarkan suster Suzuka, dikarenakan mobilnya mengalami kecelakaan yang menyebabkan ia gegar otak dan meninggal setelah beberapa saat dibawa menuju rumah sakit.
            30 menit menunggu kabar, Dr. Utachi mendapatkan telepon dari adik dari suster Suzuka, bahwa kakaknya telah meninggal akibat kecelakaan.
            Dr. Utachi sungguh kaget dan setengah gila ketika mendengar kabar itu. 1 minggu setelah kejadian tragis itu, Dr. Utachi tidak kunjung berhenti meneteskan air mata. Pengaruh-pengaruh pikiran tentang cintanya kepada wanita cantik itu terus menghantuinya, hingga pada suatu saat yang tak tertahankan, dia menciptakan suatu robot dengan feeling cinta yang menggebu-gebu, ide gila muncul dari benaknya, yaitu dia meletakkan otak dan jantung wanita tersebut ke dalam tubuh robot buatannya. Cintanya yang menggebu membuatnya melakukan hal gila tersebut.

Dan pada suatu saat ide gilanyapun tercium oleh polisi. Ia pun dipenjara atas ide gilanya itu. Kabar terakhir yang muncul di salah satu koran harian, mengabarkan bahwa,“seorang Dr. Utachi,lulusan Australia, ditemukan bunuh diri di dalam sel penjara, dengan menggantungkan dirinya di sebuah tali yang menempel di ujung ruang sel. Dan tertulis di sebuah kertas kusam di bawah mayatnya, Suzuka, cintaku selalu bersemi untukmu…”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar